LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
PERCOBAAN I
KORELASI ANTARA PANJANG DAN BERAT
NAMA : HERIADI
NIM : H41111294
KELOMPOK : VI B (ENAM)
HARI/TGL. PERCOBAAN : KAMIS 15 MARET 2012
ASISTEN : ADAM ARIFIN
ANWAR
LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Setiap organisme dialam akan mengalami yang namanya pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua istilah yang berbeda dimana pertumbuhan merupakan peningkatan ukuran organisme sebagai akibat dari pertambahan (pembelahan) jumlah sel, volume, ukuran dan banyaknya matriks intraseluler selnya yang bersifat tidak dapat balik (irreversible). Sedangkan perkembangan merupakan proses perubahan bentuk dalam (morfogenesis) yang dipengaruhi oleh hormone dan hereditas yang dimana proses ini menuju kedewasaan. akibat dari pertumbuhan adalah terjadinya pertambahan panjang,lebar,diameter dan dengan secara pasti akan di ikuti pertambahan berat organisme (Umar, 2012).
Dengan demikian, percobaan ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antara panjang dan berat yang disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan. Dimana yang digunakan sebagai sampel yaitu biji kacang merah.
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yakni :
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan korelasi antara panjang dan pertambahan berat dari suatu sampel yang diukur.
2. Mengenalkan dan melatih mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan dengan parameter fisik dalam lingkugan.
I.3 Waktu dan Tempat
Percobaan korelasi antara panjang dan berat yang dilaksanakan pada hari kamis, 15 maret 2012 pukul 14.00-17.00 WITA bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Koefisien korelasi adalah suatu angka indeks. Bukan sebuah pengukuran pada sebuah skala linear dengan satuan-satuan yang sama. Selanjutnya, korelasi adalah selalu relative terhadap situasi dimana itu dicapai, dan sekiranya diinterprestasi dalam kondisi lingkungannya yang sangat jarang dalam arti yang absolute (Mukayat, 1989).
Korelasi adalah suatu keterkaitan yang bisa ditangkap dari perbandingan dua proporsi yang masing-masing mengandung dua criteria yang salah satunya disebutkan dalam kedua proporsi tersebut. Koefisisen korelasi adalah suatu indeks, bukan sebuah pengukuran pada sebuah skala linear dengan satu-satunya yang sama (Santoso, 2007).
Dalam suatu penelitian, sampel yang dikumpulkan harus memiliki data yang benar. Dimana dalam pengambilan suatu sampel harus mengikuti metode dan tata cara yang benar. Metode yang paling sering digunakan dalam pengambilan suatu data yaitu pemilihan secara acak dan secara sengaja (Soewarno, 1991).
a. Korelasi positif
Misalkan terdapat sebuah populasi yang anggotanya mengandung suatu kriteria P dan beberapa anggota juga memiliki kriteria Q maka, pada populasi tersebut P berkolerasi positif dengan Q jika prporsi yang mengingat iklan dan membeli sabun (70 %).
b. Korelasi Negatif dan Tidak Berkolerasi
Suatu korelasi negative atau malah tidak ada korelasi antara dua proporsi, jika merujuk pada kasus pembelian dan iklan sabun di atas, korelasi negative terjai jika proporsi dari criteria yang mengingat dan membeli sabun. Sedangkan kasus yang tidak berkorelasi bisa terjadi jika kedua proporsi tersebut memiliki tingkat proporsi yang sama (equal).
Pertumbuhan merupakan peningkatan ukuran organisme sebagai akibat dari pertambahan (pembelahan) jumlah sel, volume, ukuran dan banyaknya matriks intraseluler selnya yang bersifat tidak dapat balik (irreversible). Sedangkan perkembangan merupakan proses perubahan bentuk dalam (morfogenesis) yang dipengaruhi oleh hormone dan hereditas yang dimana proses ini menuju kedewasaan (Umar, 2012)
Pada dasarnya kita mengenal ada 3 macam pertumbuhan yaitu (Umar, 2012):
1. Pertumbuhan allometrik: variasi pertumbuhan relative pada berbagai bagian tubuh yang membantu member bentuk organism.
2. Pertumbuhan determinan: pertumbuhan organisme yang akan berhenti tumbuh setelah mencapai ukuran tertentu, ini umumnya ciri khas hewan.
3. Pertumbuhnan intermediet: pertumbuhan organisme yang terus bertumbuh selama masih hidup, ini merupakan ciri khas dari tumbuhan.
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan diawali dengan proses pembuahan (fertilisasi). Setelah fertilisasi, bakal biji yang didalam mengandung sel triploid dan zigot mulai berkembang. Sel triploid membelah dan berkembang menjadi jaringan yang kaya nutrisi, disebut endosperma (Jati, 2007)
Pertumbuhan pada tumbuhan terjadi karena aktivitas sel-sel meristem . sel meristem merupakan sel-sel yang aktif membelah secara mitosis. Sel meristem banyak terdapat pada bagian ujung akar dan ujung batang ( tunas). Meristem yang demikian disebut meristem apikal. Sel-sel meristem apikal senantiasa melakukan pembelahan sepanjang kehidupan tumbuhan. Kegiatan meristem apikal mengakibatkan akar dan batang semakin bertambah panjang. Proses pembelahan sel-sel meristem yang menyebabkan tumbuhan tumbuh memanjang disebut pertumbuhan primer (Santoso, 2007)
Aktivitas sel-sel meristem pada akar memungkinkan akar tumbuh masuk kedalam lapisan tanah yang lebih dalam. Pada ujung akar terdapat tudung akar (kaliptra) yang berfungsi melindungi akar pada saat menembus lapisan tanah. Akar dapat dibedakan atas tiga zona (daerah), yaitu zona pembelahan, zona pemanjangan, dan zona pematangan (Santoso, 2007)
Pertumbuhan primer pada batang dapat dilihat pada tumbuhan yang dimana pada tumbuhan ada dua macam tunas, yaitu tunas terminal dan tunas aksilar. Tunas terminal diapit oleh bakal daun (primordium). Tunas terminal terletak diujung batang yang memungkinkan tumbuhan tumbuh keatas. Tunas aksilar (tunas lateral) terdapat pada bagian ketiak daun yang pertumbuhannya akan membentuk cabang atau bunga (Santoso, 2007)
Tumbuhan, selain tumbuh memanjang juga dapat tumbuh membesar. Pertumbuhan yang memungkinkan bertambahnya ukuran diameter batang dan akar disebut pertumbuhan sekunder. Semua tumbuhan gimnospermae dan dikotil mengalami pertumbuhan sekunder. Sebaliknya, hanya beberapa monokotil tertentu yang mengalami pertumbuhan sekunder. Contohnya dari kelompok palmae (Jati, 2007).
Pertumbuhan sekunder terjadi akibat aktivitas sel-sel meristem lateral. Ada dua macam meristem lateral, yaitu cambium vaskuler dan cambium gabus. Cambium vaskuler terletak di antara xylem dan floem (Jati, 2007).
Pada batang, xylem yang kita kenal sebagai kayu semakin lama semakin tebal, berlignin, dan menjadi keras. Pada musim kemarau lapisan xylem yang terbentuk mempunyai sel-sel yang berukuran kecil dan berwarna lebih gelap. Hal ini disebabkan keterbatasan persediaan air selama musim kemarau. Sebaliknya, pada musim penghujan lapisan xylem yang terbentuk mempunyai sel-sel yang berukuran relative besar dan berwarna lebih terang. Lapisan-lapisan yang terbentuk dari hasil pembentukan jaringan kayu tersebut dikenal dengan lingkaran tahun (Anonim, 2012)
Pada akar juga terjadi pertumbuhan sekunder yang dilakukan oleh aktivitas cambium vaskuler. Bagian akar yang berfungsi untuk menyerap air dan garam mineral adalah akar yang masih muda. Hal tersebut karena pada akar yang lebih tua jaringan korteks dan epidermis sudah digantikan oleh jaringan gabus yang sulit untuk ditembus air (Anonim, 2012)
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuhan selama proses pertuumbuhan dan perkembangannya (Anonim, 2012) :
1. Faktor luar (eksternal)
a. Air
Air diperlukan tumbuhan sebagai media berlangsungnya reaksi kimia didalam sel,komponen dasar pembentukan zst makanan, dan membantu mengedarkan zat makanan ke seluruh bagian tubuh.
b. Oksigen
Oksigen dibutuhkan tumbuhan untuk memecah zat-zat makanan yang mereka buat sehingga menghasilkan senyawa sedehana dan sejumlah energy.
c. Karbon dioksida
Karbon dioksida diperlukan dalam proses pembentukan zat makanan melalui proses fotosintesis.
d. Cahaya
Cahaya dibutuhkan tumbuhan agar dapat melakukan proses fotosintesis.
e. Suhu
Suhu diperlukan tumbuhan karena aktivitas pertumbuhan merupakan peristiwa enzimatis yang membutuhkan bantuan enzim. Enzim tidak dapat bekerja pada suhu yang terlalu rendah ataupun telalu tinggi.
f. Unsur hara dalam tanah
Tumbuhan membutuhkan unsure hara untuk digunakan sebagai komponen penyusun zat organic didalam sel.
g. Polutan
Beragam jenis polutan dapat menghambat pertumbuhan.
2. Faktor dalam (internal)
a. Gen
Gen berfungsi mengendalikan seluruh aktivitas yang terjadi didalam sel, termasuk pertumbuhan.
b. Hormon
Aktivitas tumbuh Dan berkembang juga diatur oleh senyawa kimia berupa hormone tumbuhan (fitohormon). Ada enam macam hormone tumbuhan, yaitu auksin, giberelin, sitokinin , etilena, asam absisat, dan kalin.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu jangka sorong, timbangan OHAUS, kertas grafik, mistar, spidol dan kalkulator.
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu 20 Phaselus Vulgaris (biji kacang merah) dan Naphelium Lappaceum (biji rambutan)
III.3 Prosedur Kerja
Cara kerja dari percobaan ini adalah :
1. Dibagi kertas grafik menjadi 20 bagian berbentuk kotak dengan spidol, dengan membagi panjang 10 bagian dan lebar 5 bagian. Kemudian berikan nomor pada tiap kotak mulai dari nomor 1 sampai 20.
2. Diambil biji yang tersedia secara acak sebanyak 20 biji, kemudian diletakkan pada kotak bernomor yang telah dibuat pada kertas grafik tadi.
3. Diukur panjang tiap biji dengan jangka sorong dan dituliskan hasilnya (mm) pada kotak kertas grafik yang sesuai dengan nomor kotak tempat diambilnya kacang itu, kemudian diletakkan kembali biji/kacang tersebut pada kotak semula.
4. Ditimbang Satu per satu 20 biji/kacang yang sudah diketahui panjangnya secara acak dan dicatat beratnya , kemudian dikembalikan lagi pada kotak yang sesuai.
5. Digunakan data dari dua kelompok perhitungan dari masing-masing kelompok. Untuk perhitungan, analisis data dan lain-lain
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012, Perkambangan, http///www.wikipedia.com, diakses pada tanggal 15 Maret 2012, hari Rabu, pukul 20.00 WITA, Makassar
Anonim,2012, Pertumbuhan dan Perkembangan. http///www.indokristi.com, diakses pada hari Kamis 15 Maret 2012, pukul 20.10 WITA, Makassar.
Jati, 2007, Aktif Biologi Jilid 3, Ganeca Exact, Jakarta.
Mukayat, 1989, Pengantar Ekologi, PT. Remaja Rosdikarya, Bandung.
Santoso, 2007, Kolerasi, http///www.wikipedia.com, diakses pada hari Kamis 15 Maret 2012, pukul 20.05 WITA, Makassar.
Soewarno, 1991, Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisis Data, Novas. Bandung.
Umar, M. Ruslan , 2012, Penuntun Praktikum Ekologi Umum, Jurusan Biologi, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.2 Pembahasan
Pada percobaan ini yaitu korelasi antara panjang dan berat kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan pengukuran panjang dan berat dari 2 jenis biji yang berbeda yaitu,biji kacang merah Phaseolus Vulgaris dan biji rambutan Naphelium Lappaceum ,untuk mengetahui panjang dan berat dari ke 2 biji ini alat yang digunakan yaitu jangka sorong dan neraca OHAUS. Dimana kedua biji ini terlebih dahulu diukur panjangnya, lalu ditimbang untuk mengetahui beratnya.
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan pada kedua biji tersebut diperoleh hasil :
1. Biji kacang merah Phseoulus Vulgaris hasilnya yaitu, panjang maksimum = 1,425 cm, panjang minimum = 1,03 cm, sedangkan untuk panjang rata-ratanya = 1,21 cm. Untuk berat maksimum biji kacang merah phaseolus Vulgaris sebesar 0,35 gram, berat minimum = 0,026 gram, sedangkan berat rata-ratanya sebesar 0,25 gram. Dari hasil pengukuran ini diperoleh data untuk simpangan baku untuk panjang biji kacang merah sebesar 2,18 cm, dan beratnya sebesar 0,004 gram. Serta standar devisiasi untuk panjang biji kacang merah Phaseolus valgaris 0,33 cm dan beratnya 0,01 gram. Pada percobaan ini diperoleh korelasi antara panjang dan berat dari biji kacang merah Phaseoulus Vulgaris yaitu sebesar 0,16 dan t hitungnya sebesar 45.
2. Biji Rambutan Naphelium Lappaceum hasilnya yaitu, panjang maksimum = 3,38 cm, panjang minimum = 1,81 cm, sedangkan untuk panjang rata-ratanya = 2,25 cm. Untuk berat maksimum biji rambutan Naphelium Lappaceum sebesar 2,58 gram, berat minimum = 1 gram, sedangkan berat rata-ratanya sebesar 1,95 gram. Dari hasil pengukuran ini diperoleh data simpangan baku untuk panjang biji rambutan Naphelium Lappaceum sebesar 0,15 cm, dan beratnya sebesar 0,18 gram. Serta standar devisiasi untuk panjang biji rambutan Naphelium Lappaceum sebesar 0,09 cm dan beratnya 0,09 gram. Pada percobaan ini diperoleh korelasi antara panjang dan berat dari biji rambutan Naphelium Lappaceum yaitu sebesar 0,0072 dan t hitungnya sebesar 4,28.
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan terdapat korelasi antara panjang dan berat dari sampel yang diukur, karena ukuran panjang dari biji-bijian yang diukur secara pasti akan diikuti oleh pertambahan berat.
Dan untuk data distribusi t di peroleh nilai probablitas 2,878. Karena derajat kebebasan nya 18 diperoleh dari n-2. Kemudia untuk uji hipotesis asosiatif dari biji kacang merah Phaseolus Vulgaris t hitungnya sebesar 45 sedangkan t tabel nilainya sebesar 2,878, ini berarti t hitung ≥ t tabel, artinya Ho ditolak, H1 diterima, karena H1 diterima berarti terdapat hubungan antara panjang dan berat dari biji kacang merah Phaseolus Vulgaris. Kemudian untuk uji hipotesis assosiatif dari biji rambutan Naphelium Lappaceum, t hitungnya sebesar 4,28 sedangkan t tabel nilainya 2,878, ini berarti t hitung ≥ t tabel, artinya Ho ditolak, H1 diterima, karena H1 diterima berarti terdapat hubungan antara panjang dan berat dari biji rambutan Naphelium Lappaceum.
Berdasarkan hasil dari uji hipotesis assosiatif dari kedua biji yang telah diukur dapat disimpulkn bahwa dari kedua biji tersebut terdapat korelasi atau hubungan antara panjang dengan berat dari biji tersebut.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi korelasi antara panjang dan berat pada biji yaitu : materi yang terkandung didalamnya, jumlah cadangan makanan yang ada, kepadatan dari sel-sel biji, ketebalan kulit,dan ukuran sel biji.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan tentang Korelasi antara Panjang dan Berat yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil pengukuran, antara panjang dan berat biji kacang merah Phasoulus Vulgaris dan biji rambutan Naphelium Lappaceum saling berkorelasi. Pada biji kacang merah memiliki nilai korelasi 0,16 sedangkan pada biji rambutan memiliki nilai korelasi yaitu 0,0072.
2. Untuk mengukur panjang biji, kita dapat menggunakan jangka sorong sebagai alat untuk mengukurnya, sedangkan pada berat biji dapat menggunakan timbangan OHAUS untuk mengukur berat.
V.2 Saran
Sebaiknya laboratorium yang digunakan adalah laboratorium ilmu lingkungan dan kelautan, bukan di laboratorium biologi dasar. Lalu peralatan yang digunakan untuk percobaan ini diusahakan sesuai dengan banyaknya kelompok yang ada supaya tidak perlu mengantri dalam pemakaian alat.
LAMPIRAN
makasih atas informasinya!!!
BalasHapuskk tukeran link yo!!
nih alamat web saya
http://riskynurhikmayani.blogspot.com/