Selasa, 24 April 2012

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM KORELASI ANTARA PANJANG DAN BERAT


LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM

PERCOBAAN I
KORELASI ANTARA PANJANG DAN BERAT

NAMA                                       : HERIADI
NIM                                            : H41111294
KELOMPOK                            : VI B (ENAM)
HARI/TGL. PERCOBAAN                : KAMIS 15 MARET 2012
ASISTEN                                   : ADAM ARIFIN
                                                                              ANWAR

















LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar  Belakang
            Setiap organisme dialam akan mengalami yang namanya pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua istilah yang berbeda dimana pertumbuhan merupakan peningkatan ukuran organisme  sebagai akibat dari pertambahan (pembelahan) jumlah sel, volume, ukuran dan banyaknya matriks intraseluler selnya yang bersifat tidak dapat balik (irreversible).  Sedangkan perkembangan merupakan  proses perubahan  bentuk dalam (morfogenesis) yang dipengaruhi oleh hormone dan hereditas yang dimana proses ini menuju kedewasaan. akibat dari pertumbuhan adalah terjadinya pertambahan panjang,lebar,diameter dan dengan secara pasti akan di ikuti pertambahan berat organisme (Umar, 2012).
Dengan demikian, percobaan ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antara panjang dan berat  yang disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan. Dimana  yang digunakan sebagai sampel yaitu biji kacang merah.
I.2 Tujuan Percobaan
             Tujuan dari percobaan ini yakni :
1.                  Untuk mengetahui apakah ada hubungan  korelasi antara panjang  dan   pertambahan berat dari suatu sampel yang diukur.
2.                  Mengenalkan dan melatih mahasiswa  dalam menggunakan  peralatan yang berhubungan  dengan parameter fisik dalam lingkugan.
I.3 Waktu dan Tempat
Percobaan korelasi  antara panjang dan berat yang  dilaksanakan  pada hari kamis, 15 maret 2012 pukul 14.00-17.00 WITA  bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,Makassar.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Koefisien korelasi adalah suatu angka indeks. Bukan sebuah pengukuran pada sebuah skala linear dengan satuan-satuan yang sama. Selanjutnya, korelasi adalah selalu relative terhadap situasi dimana itu dicapai, dan sekiranya diinterprestasi dalam kondisi lingkungannya yang sangat jarang dalam arti yang absolute (Mukayat, 1989).
Korelasi adalah suatu keterkaitan yang bisa ditangkap dari perbandingan  dua proporsi yang masing-masing mengandung dua criteria  yang salah satunya disebutkan dalam kedua proporsi tersebut. Koefisisen korelasi  adalah suatu indeks, bukan sebuah pengukuran pada sebuah skala linear  dengan satu-satunya  yang sama (Santoso, 2007).
Dalam suatu penelitian, sampel yang dikumpulkan harus  memiliki data yang benar. Dimana dalam pengambilan  suatu sampel harus mengikuti  metode  dan tata cara yang benar. Metode yang paling sering digunakan dalam pengambilan suatu data yaitu pemilihan secara acak dan secara sengaja (Soewarno, 1991).
a.       Korelasi positif
Misalkan terdapat sebuah populasi yang anggotanya mengandung suatu kriteria P dan beberapa anggota juga memiliki kriteria Q maka, pada populasi tersebut P berkolerasi positif dengan Q jika prporsi yang mengingat iklan dan membeli sabun (70 %).
b.      Korelasi Negatif dan Tidak Berkolerasi
Suatu korelasi negative atau malah tidak ada korelasi antara dua proporsi, jika merujuk pada kasus pembelian dan iklan sabun di atas, korelasi negative terjai jika proporsi dari criteria yang mengingat dan membeli sabun. Sedangkan kasus  yang tidak berkorelasi bisa terjadi jika kedua proporsi tersebut memiliki tingkat proporsi yang sama (equal).
Pertumbuhan merupakan peningkatan ukuran organisme  sebagai akibat dari pertambahan (pembelahan) jumlah sel, volume, ukuran dan banyaknya matriks intraseluler selnya yang bersifat tidak dapat balik (irreversible).  Sedangkan perkembangan merupakan  proses perubahan  bentuk dalam (morfogenesis) yang dipengaruhi oleh hormone dan hereditas yang dimana proses ini menuju kedewasaan (Umar, 2012)
Pada dasarnya  kita mengenal ada 3 macam pertumbuhan yaitu (Umar, 2012):
1.      Pertumbuhan allometrik: variasi pertumbuhan  relative pada berbagai bagian tubuh yang membantu member bentuk organism.
2.      Pertumbuhan determinan: pertumbuhan organisme yang akan berhenti  tumbuh setelah mencapai ukuran tertentu, ini umumnya  ciri khas hewan.
3.      Pertumbuhnan intermediet: pertumbuhan organisme yang terus bertumbuh  selama masih hidup, ini merupakan ciri khas  dari  tumbuhan.
Pertumbuhan dan perkembangan  tumbuhan diawali dengan proses pembuahan (fertilisasi). Setelah fertilisasi, bakal biji yang didalam mengandung sel triploid  dan zigot mulai berkembang. Sel triploid membelah dan berkembang  menjadi jaringan yang kaya nutrisi, disebut endosperma (Jati, 2007)
Pertumbuhan  pada tumbuhan terjadi karena aktivitas sel-sel meristem . sel meristem merupakan sel-sel yang aktif membelah  secara mitosis. Sel meristem banyak terdapat  pada bagian ujung akar dan  ujung batang ( tunas). Meristem yang demikian disebut meristem apikal. Sel-sel meristem apikal senantiasa  melakukan pembelahan  sepanjang kehidupan  tumbuhan. Kegiatan meristem apikal  mengakibatkan akar  dan batang semakin bertambah panjang. Proses pembelahan sel-sel  meristem yang menyebabkan  tumbuhan tumbuh memanjang  disebut pertumbuhan primer (Santoso, 2007)
Aktivitas sel-sel meristem pada akar memungkinkan akar tumbuh masuk kedalam lapisan tanah  yang lebih  dalam. Pada ujung akar terdapat tudung akar (kaliptra) yang berfungsi   melindungi akar  pada saat menembus lapisan tanah. Akar dapat dibedakan atas tiga zona (daerah), yaitu zona pembelahan, zona pemanjangan, dan zona pematangan (Santoso, 2007)
Pertumbuhan primer pada batang dapat dilihat pada tumbuhan yang dimana pada tumbuhan ada dua  macam tunas, yaitu tunas terminal dan tunas aksilar. Tunas terminal  diapit oleh  bakal daun (primordium). Tunas terminal terletak diujung batang yang memungkinkan tumbuhan tumbuh keatas. Tunas aksilar (tunas lateral) terdapat  pada bagian ketiak daun yang pertumbuhannya  akan membentuk cabang atau bunga (Santoso, 2007)
Tumbuhan, selain tumbuh memanjang juga  dapat tumbuh membesar. Pertumbuhan yang memungkinkan  bertambahnya  ukuran diameter batang dan akar  disebut  pertumbuhan sekunder. Semua tumbuhan  gimnospermae dan dikotil mengalami pertumbuhan sekunder. Sebaliknya, hanya beberapa monokotil tertentu yang mengalami pertumbuhan sekunder. Contohnya  dari kelompok palmae (Jati, 2007).
Pertumbuhan  sekunder terjadi akibat  aktivitas sel-sel meristem lateral. Ada dua macam  meristem lateral, yaitu cambium vaskuler  dan cambium gabus. Cambium vaskuler  terletak di antara xylem dan floem (Jati, 2007).
Pada batang, xylem yang kita kenal sebagai kayu semakin lama semakin tebal, berlignin, dan menjadi keras. Pada  musim kemarau lapisan xylem yang terbentuk mempunyai sel-sel yang  berukuran kecil dan berwarna lebih gelap. Hal ini disebabkan keterbatasan persediaan air selama musim kemarau. Sebaliknya, pada musim penghujan  lapisan xylem yang terbentuk  mempunyai sel-sel yang berukuran  relative besar  dan berwarna lebih terang. Lapisan-lapisan yang terbentuk dari hasil pembentukan jaringan  kayu tersebut dikenal dengan lingkaran tahun (Anonim, 2012)
Pada akar juga terjadi pertumbuhan sekunder yang dilakukan oleh aktivitas  cambium vaskuler. Bagian akar yang berfungsi untuk menyerap air  dan garam mineral adalah akar yang masih muda. Hal tersebut karena pada akar yang lebih tua  jaringan korteks dan epidermis sudah digantikan  oleh jaringan  gabus yang sulit untuk ditembus air (Anonim, 2012)
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuhan selama  proses pertuumbuhan dan perkembangannya (Anonim, 2012) :

1.      Faktor luar (eksternal)
a. Air
 Air diperlukan  tumbuhan sebagai media berlangsungnya  reaksi kimia  didalam sel,komponen dasar pembentukan  zst makanan, dan membantu mengedarkan zat makanan ke seluruh bagian tubuh.
b. Oksigen
Oksigen dibutuhkan tumbuhan untuk memecah zat-zat makanan yang mereka buat  sehingga menghasilkan senyawa sedehana  dan sejumlah energy.
c. Karbon dioksida
Karbon dioksida diperlukan  dalam proses pembentukan zat makanan melalui proses fotosintesis.
d.  Cahaya
Cahaya dibutuhkan  tumbuhan agar dapat melakukan proses fotosintesis.
e.  Suhu
Suhu diperlukan tumbuhan  karena aktivitas pertumbuhan  merupakan peristiwa enzimatis yang membutuhkan  bantuan enzim. Enzim tidak dapat  bekerja pada suhu yang terlalu rendah ataupun telalu tinggi.
f.  Unsur hara dalam tanah
Tumbuhan membutuhkan  unsure hara untuk digunakan sebagai komponen penyusun zat organic didalam sel.
g. Polutan
Beragam jenis polutan dapat menghambat  pertumbuhan.

2.  Faktor dalam (internal)
a. Gen
Gen berfungsi mengendalikan  seluruh aktivitas yang terjadi didalam  sel, termasuk pertumbuhan.
b. Hormon
Aktivitas  tumbuh Dan berkembang juga diatur oleh senyawa kimia  berupa hormone tumbuhan (fitohormon). Ada enam macam hormone tumbuhan, yaitu auksin, giberelin, sitokinin , etilena, asam absisat, dan kalin.












BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1  Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu jangka sorong, timbangan OHAUS, kertas grafik, mistar, spidol dan kalkulator.

III.2  Bahan
Bahan yang digunakan yaitu 20 Phaselus Vulgaris (biji kacang merah) dan Naphelium Lappaceum (biji rambutan)

III.3 Prosedur Kerja
Cara kerja dari percobaan ini adalah :
1.                  Dibagi kertas grafik menjadi 20 bagian berbentuk kotak dengan spidol, dengan membagi panjang 10 bagian dan lebar 5 bagian. Kemudian berikan nomor pada tiap kotak mulai dari nomor 1 sampai 20.
2.                  Diambil biji yang tersedia secara acak sebanyak 20 biji, kemudian diletakkan pada kotak bernomor yang telah dibuat pada kertas grafik tadi.
3.                  Diukur panjang tiap biji dengan jangka sorong dan dituliskan hasilnya (mm) pada kotak kertas grafik yang sesuai dengan nomor kotak tempat diambilnya kacang itu, kemudian diletakkan kembali biji/kacang tersebut pada kotak semula.
4.                  Ditimbang Satu per satu 20 biji/kacang yang sudah diketahui panjangnya secara acak dan dicatat beratnya , kemudian dikembalikan lagi  pada kotak yang sesuai.
5.                  Digunakan data dari dua kelompok perhitungan dari masing-masing kelompok. Untuk perhitungan, analisis data dan lain-lain


















DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012, Perkambangan, http///www.wikipedia.com, diakses pada tanggal 15  Maret 2012, hari Rabu, pukul 20.00 WITA, Makassar

Anonim,2012, Pertumbuhan dan Perkembangan. http///www.indokristi.com, diakses pada hari Kamis 15 Maret 2012, pukul 20.10 WITA, Makassar.
Jati, 2007, Aktif Biologi Jilid 3, Ganeca Exact, Jakarta.
Mukayat, 1989, Pengantar Ekologi, PT. Remaja Rosdikarya, Bandung.
Santoso,  2007, Kolerasi, http///www.wikipedia.com, diakses pada hari Kamis 15 Maret 2012, pukul 20.05 WITA, Makassar.

Soewarno, 1991, Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisis Data, Novas. Bandung.

Umar, M. Ruslan , 2012, Penuntun Praktikum Ekologi Umum, Jurusan Biologi, Universitas Hasanuddin, Makassar.












BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

   
IV.2 Pembahasan
            Pada percobaan ini yaitu korelasi antara panjang dan berat kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan pengukuran panjang dan berat dari 2 jenis biji yang berbeda yaitu,biji kacang merah Phaseolus Vulgaris dan biji rambutan Naphelium Lappaceum ,untuk mengetahui panjang dan berat dari ke 2 biji ini alat yang digunakan yaitu jangka sorong dan neraca OHAUS. Dimana kedua biji ini terlebih dahulu diukur panjangnya, lalu ditimbang untuk mengetahui beratnya.

Berdasarkan pengukuran yang dilakukan pada kedua biji tersebut diperoleh hasil :
1.                  Biji kacang merah Phseoulus Vulgaris hasilnya yaitu, panjang maksimum = 1,425 cm, panjang minimum = 1,03 cm, sedangkan untuk panjang rata-ratanya = 1,21 cm. Untuk berat maksimum biji kacang merah phaseolus Vulgaris sebesar 0,35 gram, berat minimum = 0,026 gram, sedangkan berat rata-ratanya sebesar 0,25 gram. Dari hasil pengukuran ini diperoleh data untuk simpangan baku untuk panjang biji kacang merah sebesar 2,18 cm, dan beratnya sebesar 0,004 gram. Serta standar devisiasi untuk panjang biji kacang merah Phaseolus valgaris 0,33 cm dan beratnya 0,01 gram. Pada percobaan ini diperoleh korelasi antara panjang dan berat dari biji kacang merah Phaseoulus Vulgaris yaitu sebesar 0,16 dan t hitungnya sebesar 45.
2.                  Biji Rambutan Naphelium Lappaceum hasilnya yaitu, panjang maksimum = 3,38 cm, panjang minimum = 1,81 cm, sedangkan untuk panjang rata-ratanya = 2,25 cm. Untuk berat maksimum biji rambutan Naphelium Lappaceum sebesar 2,58 gram, berat minimum = 1 gram, sedangkan berat rata-ratanya sebesar 1,95 gram. Dari hasil pengukuran ini diperoleh data  simpangan baku untuk panjang biji rambutan Naphelium Lappaceum sebesar 0,15 cm, dan beratnya sebesar 0,18 gram. Serta standar devisiasi untuk panjang biji rambutan Naphelium Lappaceum sebesar 0,09 cm dan beratnya 0,09 gram. Pada percobaan ini diperoleh korelasi antara panjang dan berat dari biji rambutan Naphelium Lappaceum  yaitu sebesar 0,0072 dan t hitungnya sebesar 4,28.
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan terdapat korelasi antara panjang dan berat dari sampel yang diukur, karena ukuran panjang dari biji-bijian yang diukur secara pasti akan diikuti oleh pertambahan berat.
            Dan untuk data distribusi t  di peroleh nilai probablitas 2,878. Karena derajat kebebasan nya 18 diperoleh dari n-2. Kemudia untuk uji hipotesis asosiatif dari biji kacang merah Phaseolus Vulgaris t hitungnya sebesar 45 sedangkan t tabel  nilainya sebesar 2,878, ini berarti t hitung ≥ t tabel, artinya Ho ditolak, H1 diterima, karena H1 diterima berarti terdapat hubungan antara panjang dan berat dari biji kacang merah Phaseolus Vulgaris. Kemudian untuk uji hipotesis assosiatif dari biji rambutan  Naphelium Lappaceum, t hitungnya sebesar 4,28 sedangkan t tabel nilainya 2,878, ini berarti t hitung ≥ t tabel, artinya Ho ditolak, H1 diterima, karena H1 diterima berarti terdapat hubungan antara panjang dan berat dari biji rambutan Naphelium Lappaceum.
Berdasarkan hasil dari uji hipotesis assosiatif dari kedua biji yang telah diukur dapat disimpulkn bahwa dari kedua biji tersebut terdapat korelasi atau hubungan antara panjang dengan berat dari biji tersebut.
            Adapun faktor-faktor  yang mempengaruhi korelasi antara panjang dan berat pada biji yaitu : materi yang terkandung didalamnya, jumlah cadangan makanan yang ada, kepadatan dari sel-sel biji, ketebalan kulit,dan ukuran sel biji.
BAB V
PENUTUP



V.1 Kesimpulan
            Berdasarkan percobaan tentang Korelasi antara Panjang dan Berat yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.         Dari hasil pengukuran, antara panjang dan berat biji kacang merah Phasoulus Vulgaris dan biji rambutan Naphelium Lappaceum saling berkorelasi. Pada biji kacang merah memiliki nilai korelasi 0,16 sedangkan pada biji rambutan memiliki nilai korelasi yaitu 0,0072.
2.         Untuk mengukur panjang biji, kita dapat menggunakan jangka sorong sebagai alat untuk mengukurnya, sedangkan pada berat biji dapat menggunakan timbangan OHAUS untuk mengukur berat.

V.2 Saran
Sebaiknya laboratorium yang digunakan adalah laboratorium ilmu lingkungan dan kelautan, bukan di laboratorium biologi dasar. Lalu peralatan yang digunakan untuk percobaan ini diusahakan sesuai dengan banyaknya kelompok yang ada supaya tidak perlu mengantri dalam pemakaian alat.





LAMPIRAN


1 komentar:

  1. makasih atas informasinya!!!

    kk tukeran link yo!!
    nih alamat web saya

    http://riskynurhikmayani.blogspot.com/

    BalasHapus