LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
PERCOBAAN
IV
PENGARUH
POLUSI DOMESTIK TERHADAP KUALITAS AIR
NAMA : HERIADI
NIM : H41111294
KELOMPOK :
VI B
HARI/TGL. PERCOBAAN
: KAMIS 22 MARET 2012
ASISTEN
: ADAM ARIFIN
ANWAR
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kehidupan mikroorganisme, seperti ikan dan
hewan air lainnya, tidak terlepas dari kandungan oksigen yang terlarut di dalam
air, tidak berbeda dengan manusia dan mahluk hidup lainnya yang ada di darat,
yang juga memerlukan oksigen dari udara agar tetap dapat bertahan. Air yang
tidak mengandung oksigen tidak dapat memberikan kehidupan bagi mikro organisme,
ikan dan hewan air lainnya. Oksigen yang terlarut di dalam air sangat penting
artinya bagi kehidupan (Sugiharto,1987).
Dalam rumah tangga, air digunakan untuk minum, memasak,
mencuci, dan berbagai keperluan lainnya. Setelah digunakan, air dibuang atau
mengalir ke selokan. Selanjutnya, air tersebut mengalir ke sungai, danau, dan
laut. Air buangan rumah tangga atau dikenal sebagai limbah domestik mengandung 95%
sampai 99% air dan sisanya berupa limbah organik (Setiawan,2011) .
Sebagian dari air buangan terdiri atas komponen nitrogen,
seperti urea dan asam urik yang kemudian akan terurai menjadi amoniak dan
nitrit. Pada perairan yang dimasuki oleh limbah rumah tangga biasanya akan
menyebabkan populasi ganggang menjadi meningkat pesat sebagai akibat banyaknya
persediaan nutrien. Sebaliknya, persediaan oksigen dalam perairan tersebut
semakin berkurang. Di sana dapat ditemukan Tubifex sp., hewan air yang mampu
hidup dengan baik di bawah kondisi defisiensi oksigen (Setiawan,2012).
Pada pemeriksaan pencemaran pada air, biasanya dibutuhkan
analisis kejernihan air, oksigen terlarut dan BOD (biologycal oxygen demand)
untuk mengetahui seberapa besar pencemaran yang terjadi di dalam air. Air yang
digunakan pun bersumber dari beberapa tempat agar bisa saling dibandingkan dan
lebih melihat pada perbedaan kualitas air (Suryani,2011).
I.2
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah
1. Untuk kualitas air dari beberapa
sumber yang berbeda,dengan menggunakan methylen blue.
2. Untuk mengenalkan dan melatih
keterampilan mahasiswa dalam menngunakan peralatan yang berhubungan dengan
pencemaran lingkungan.
I.4
Waktu dan Tempat
Percobaan ini dilakukan pada hari Selasa, 22 Maret 2012, pada pukul 14.00-17.00
bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas air adalah
kondisi kualitatif air yang diukur dan atau diuji berdasarkan
parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor : 115 Tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter
kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis.
Parameter fisik menyatakan kondisi fisik air atau keberadaan bahan yang dapat
diamati secara visual/kasat mata. Yang termasuk dalam parameter fisik ini
adalah kekeruhan, kandungan partikel/padatan, warna, rasa, bau, suhu, dan
sebagainya. Parameter kimia menyatakan kandungan unsur/senyawa kimia dalam air,
seperti kandungan oksigen, bahan organik (dinyatakan dengan BOD, COD, TOC),
mineral atau logam, derajat keasaman, nutrient/hara, kesadahan, dan
sebagainya.Parameter mikrobiologis menyatakan kandungan mikroorganisme dalam
air, seperti bakteri, virus, dan mikroba pathogen lainnya.Berdasarkan hasil
pengukuran atau pengujian, air sungai dapat dinyatakan dalam kondisi baik atau
cemar. Sebagai acuan dalam menyatakan kondisi tersebut adalah baku mutu air,
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 (Soendjojo,
1990).
Pencemaran air adalah
suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai,
lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Walaupun fenomena alam seperti
gunung berapi, badai, gempa bumi dan lain-lain juga mengakibatkan perubahan
yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran.
Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik
yang berbeda-beda. Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada
eutrofikasi. Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan
kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya
oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem. Industri
membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat,
toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek
termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga
mengurangi oksigen dalam air (Suryani, 2011).
Pencemaran air terjadi
apabila dalam air terdapat berbagai macam zat atau kondisi (misal Panas) yang
dapat menurunkan standar kualitas air yang telah ditentukan, sehingga tidak
dapat digunakan untuk kebutuhan tertentu. Suatu sumber air dikatakan tercemar
tidak hanya karena tercampur dengan bahan pencemar, akan tetapi apabila air
tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan tertentu, Sebagai contoh suatu sumber
air yang mengandung logam berat atau mengandung bakteri penyakit masih dapat
digunakan untuk kebutuhan industri atau sebagai pembangkit tenaga listrik, akan
tetapi tidak dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga (keperluan air minum,
memasak, mandi dan mencuci) (Sugiharto,
1987).
Ada beberapa penyebab
terjadinya pencemaran air antara lain apabila air terkontaminasi dengan bahan
pencemar air seperti sampah rumah tangga, sampah lembah industri, sisa-sisa
pupuk atau pestisida dari daerah pertanian, limbah rumah sakit, limbah kotoran
ternak, partikulat-partikulat padat hasil kebakaran hutan dan gunung berapi
yang meletus atau endapan hasil erosi tempat-tempat yang dilaluinya (Soendjojo,1990).
Pada dasarnya Bahan
Pencemar Air dapat dikelompokkan menjadi (Setiawan, 2011) :
a. Sampah
yang dalam proses penguraiannya memerlukan oksigen yaitu sampah yang mengandung senyawa organik,
misalnya sampah industri makanan, sampah industri gula tebu, sampah rumah
tangga (sisa-sisa makanan), kotoran manusia dan kotoran hewan, tumbuhtumbuhan
dan hewan yang mati. Untuk proses penguraian sampahsampah tersebut memerlukan
banyak oksigen, sehingga apabila sampah-sampah tersbut terdapat dalam air, maka
perairan (sumber air) tersebut akan kekurangan oksigen, ikan-ikan dan organisme
dalam air akan mati kekurangan oksigen. Selain itu proses penguraian sampah
yang mengandung protein (hewani/nabati) akan menghasilkan gas H2S yang berbau
busuk, sehingga air tidak layak untuk diminum atau untuk mandi.
b. Bahan pencemar penyebab terjadinya penyakit, yaitu
bahan pencemar yang mengandung virus dan bakteri misal bakteri coli yang dapat
menyebabkan penyakit saluran pencernaan (disentri, kolera, diare, types) atau
penyakit kulit. Bahan pencemar ini berasal dari limbah rumah tangga, limbah
rumah sakit atau dari kotoran hewan/manusia.
c.
Bahan
pencemar senyawa anorganik/mineral misalnya logam-logam berat seperti merkuri
(Hg), kadmium (Cd), Timah hitam (pb), tembaga (Cu), garam-garam anorganik.
Bahan pencemar berupa logam-logam berat yang masuk ke dalam tubuh
biasanya melalui makanan dan dapat tertimbun dalam organ-organ tubuh seperti
ginjal, hati, limpa saluran pencernaan lainnya sehingga mengganggu fungsi organ
tubuh tersebut.
d. Bahan
pencemar organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme
yaitu senyawa organik berasal dari pestisida, herbisida, polimer seperti
plastik, deterjen, serat sintetis, limbah industri dan limbah minyak. Bahan
pencemar ini tidak dapat dimusnahkan oleh mikroorganisme, sehingga akan
menggunung dimana-mana dan dapat mengganggu kehidupan dan kesejahteraan makhluk
hidup.
e. Bahan
pencemar berupa makanan tumbuh-tumbuhan seperti senyawa
nitrat, senyawa fosfat dapat menyebabkan tumbuhnya alga (ganggang) dengan pesat
sehingga menutupi permukaan air. Selain itu akan mengganggu ekosistem air,
mematikan ikan dan organisme dalam air, karena kadar oksigen dan sinar matahari
berkurang. Hal ini disebabkan oksigen dan sinar matahari yang diperlukan
organisme dalam air (kehidupan akuatik) terhalangi dan tidak dapat masuk ke
dalam air.
Polusi domestik atau polusi akibat aktivitas
rumah tangga yang dapat berupa sampah, sisa makanan, sabun, deterjen, dan bahan
tinja, di mana bahan ini mudah diuraikan oleh mikroba air dengan menggunakan
oksigen terlarut dalam air. Derajat pencemaran suatu perairan dapat diketahui
dengan bermacam-macam cara, misalnya berdasarkan: kejernihan air, kandungan O2
terlarut, kebutuhan O2 oleh mikroba (BOD = Biological Oxygen Demand), dan
proses kimiawi lainnya dalam penguraian bahan organik di dalam air (Umar, 2012).
BOD (Biochemical Oxygen Demand) artinya
kebutuhan oksigen biokimia yang menunjukkan jumlah oksigen yang digunakan dalam
reaksi oksidasi oleh bakteri. Sehingga makin banyak bahan organik dalam air,
makin besar BOD nya sedangkan DO akan makin rendah. Air yang bersih adalah yang
BOD nya kurang dari 1 mg/l atau 1 ppm, jika BOD nya di atas 4ppm, air dikatakan
tercemar
(Sugiharto,1987).
(Sugiharto,1987).
Yang dimaksud adalah oksigen terlarut yang
terkandung di dalam air, berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis
tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti
ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri.
Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung bahan organik,
sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk mengoksidasi
karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan air.
Sehingga kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya
hewan-hewan seperti ikan, udang dan kerang akan mati (Sugiharto, 1987).
Air alam mengandung zat padat terlarut yang
berasal dari mineral dan garam-garam yang terlarut ketika air mengalir di bawah
atau di permukaan tanah. Apabila air dicemari oleh limbah yang berasal dari
industri pertambangan dan pertanian, kandungan zat padat tersebut akan
meningkat. Jumlah zat padat terlarut ini dapat digunakan sebagai indikator terjadinya
pencemaran air. Selain jumlah, jenis zat pencemar juga menentukan tingkat
pencemaran. Air yang bersih adalah jika tingkat DO nya tinggi, sedangkan BOD
dan zat padat terlarutnya rendah (Setiawan, 2011).
Oksigen terlarut (dissolved oxygen,
disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan
oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting
dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk
konsentrasi ini menunjukan jumlahoksigen (O2) yang tersedia
dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air
tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat
diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan
melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme (Sugiharto, 1987)
DAFTAR PUSTAKA
Setiawan, Hasan, 2011,PolusiDomestik,http://hasansetiawan.blogspot.com,
diakses pada hari Kamis, 22 Maret 2012, pukul 19.23 WITA.
Soendjojo,
D, 1990, Ekologi Lanjutan, Depdikbud, Universitas Terbuka, Jakarta.
Sugiharto, 1987, Pengelolaan air
limbah, Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Suryani, 2011, Pencemaran Air,http://riasuryani.blogspot.com,diakses pada
hari Kamis, 22 Maret 2012, pukul 19.18
WITA.
Umar, Muhammad Ruslan, 2012, Ekologi
umum dalam praktikum, Universitas
Hasanuddin,
Makassar.
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan
ini adalah pipet tetes.
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan
ini adalah botol plastik, karet gelang, plastik gula, label, air laut malam,
air laut pagi, air PAM, air sungai, air danau, air selokan, air kolam, air
sumur, dan larutan Bromtimol biru 0,1%.
III.3 Cara Kerja
Cara kerja pada percobaan ini adalah
:
2.
Dimasukkan
air kedalam masing-masing botol yang telah diberi label sesuaidengan urutan
atau tulisan jenis air yang tertera pada botol. Pengisian harus sampai penuh
dan dilakukan secara hati-hati, jangan sampai air terkocok dan mengandung
gelembung air.
3.
Ditambahkan
kedalam masing-masing botol yang telah di beri label dengan larutan methylen
blue dengan menggunakan syringe sebanyak 0,5 ml atau secukupnya, jarum syringe
harus tenggelam kedalam air agar tidak ada gelembung udara yang masuk. Karena
jika ada gelembung yang masuk itu bisa membuat hasil dari percobaan tidak akurat
lagi, gelembung merupakan indikasi bahwa apakah air tersebut tercemar atau
tidak.
4.
Ditutup
mulut botol tersebut dengan menggunakan plastik gula yang diikat dengan karet
gelang dengan hati-hati. Diusahakan jangan ada gelembung udara didalam botol.
5.
Disimpan
botol tersebut dalam incubator atau tempat gelap dan diamati
perubahan warnanya setiap 24 jam.
Dilakukan sampai hampir semua sampel
berubah warna.
6.
Dibuat
laporan hasil pengamatan dan ditentukan kestabilan relatif air pada masing-
masing sampel.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Tabel Perubahan Warna Pada kedelapan botol sampel selama 12
hari pengamatan.
Hari
|
Air
laut malam
|
Air
laut pagi
|
Air
selokan
|
Air
PDAM
|
Air
sumur
|
Air
kolam
|
Air
sungai
|
Air
danau
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+
|
5
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+
|
6
|
-
|
+
|
++
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+
|
7
|
+
|
+
|
++
|
-
|
-
|
-
|
+
|
++
|
8
|
+
|
+
|
++
|
-
|
-
|
-
|
++
|
++
|
9
|
+
|
++
|
+++
|
+
|
-
|
-
|
++
|
++
|
10
|
++
|
++
|
+++
|
+
|
-
|
+
|
++
|
+++
|
11
|
+++
|
++
|
+++
|
+
|
-
|
+
|
+++
|
+++
|
12
|
+++
|
++
|
+++
|
+
|
-
|
+
|
+++
|
+++
|
Keterangan :
Biru Sekali : -
Biru Keruh : +++
Biru :
++
Biru muda : +
IV.2 Pembahasan
Pada percobaan pengaruh
polusi domestik terhadap kualitas air, yang tujuannya untuk mengetahui kualitas
air dari beberapa jenis atau sumber air yang berbeda dengan menggunakan
methylen blue. Dalam percobaan ini Metylen Blue berfungsi sebagai indikator
untuk menguji tingkat pencemaran air. Alat lain yang digunakan yaitu plastik
dan karet gelang yang digunakan untuk menutup air yang didalam botol, dan pada
saat botol ditutup harus dengan hati-hati diusahakan tidak ada gelembung udara didalam
botol yang akan menyebabkan oksigen akan
masuk. Alat lain yang juga digunakan yaitu polpen dan kertas label yang
akan ditempel pada masing-masing botol sehingga dengan mudah kita melakukan
pengamatan dari jenis air yang akan diamati .
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, maka
diperoleh data sebagai berikut Air laut malam pada hari ke- 1-6 air berwarna
biru sekali dan pada hari ke- 7-9 air berwarna biru muda pada hari ke-10 air berwarna biru
dan pada hari ke11-12 air berwarna biru keruh. Kemudian pada air laut pagi hari
ke- 1-5 berwarna biru sekali, kemudian hari ke- 6-8 berubah menjadi agak biru
dan pada hari ke- 9-12 berwarna biru muda. Pada air selokan hari ke- 1 berwarna
bening, pada hari ke- 2-5 berubah warna menjadi sedikit bening keruh, pada hari
6-12 berubah warna jadi bening keruh. Pada air selokan terjadi perubahan air
yang signifikan drastis karena didalam air terdapat organisme yang banyak.
Sedangkan pada air PAM pada hari ke- 1-8 air berwarna biru sekali dan pada hari
ke- 9-12 air berwarna biru muda. Pada
air sumur hari ke- 1-12 berwarna biru sekali. Pada air kolam hari ke- 1-9
berwarna biru sekali, kemudian hari ke- 10-12 air kolam berubah menjadi biru
muda. Pada air sungai pada hari 1-3 berwarna biru sekali, sedangkan pada hari
ke- 4-7 berubah warna menjadi agak biru, pada hari ke- 8-12 berubah lagi
menjadi biru keruh. Hal ini karena masih adanya kandungan O2 dalam air
tersebut. Air danau pada hari ke- 1-3 air berwarna biru sekali dan pada hari
ke- 4-6 air berwarna agak biru, sedangkan pada hari ke- 7-12 berwarna biru
keruh.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan,
maka dapat diketahui harga kestabilan relatifnya masing-masing air berdasarkan
lama atau tidaknya air tersebut mempertahankan keadaan warna awalnya yang
berwarna biru. Kedelapan jenis atau sumber air yang telah diuji dengan methylen
blue memberikan gambaran bahwa sumber air yang paling tinggi tingkat pencemarannya
yaitu air selokan karena tidak mampu mempertahankan dalam waktu yang lama
keadaan awalnya yang berwarna biru. Hal ini disebabkan karena air selokan
mengandung banyak mikroorganisme yang mampu menguraikan bahan organik yang
terkandung dalam air tersebut. Sedangkan pada air sungai dan air danau hanya
mampu mempertahankan keadaan warnanya selama 3 hari ditemukan bahwa air dengan
cepat mengalami perubahan warna, hal ini karena air sungai dan air danau
memiliki kandungan mikroorganisme yang lumayan banyak sehingga mempunyai
kandungan oksigen yang rendah dengan BOD yaitu 50% dan sedikit
mikroorganismenya.
Pada air
laut malam dan pagi mampu mempertahankan keadaan warnanya selama 5 hari
sehingga BOD yaitu 75% dan diperkirakan hanya mengandung sedikit saja
mikroorganisme, kemudian pada air PAM mampu mempertahankan keadaan warna airnya
selama 8 hari, Air kolam mampu mempertahankan keadaan warna airnya selama 9
hari dan air sumur yang mampu
mempertahankan keadaan warna airnya selama 12 hari sehingga BOD yaitu 95% yang
manandakan bahwa kestabilan relatif air sumur sangat tinggi. Hal ini
diperkirakan bahwa kandungan mikroba yang terdapat didalam air sumur kinerja
aktivitasnya rendah sehingga hanya
sedikit oksigen yang diuraikan oleh mikroorganisme. Dan semakin tinggi
aktivitas mikroba menguraikan bahan organik,maka makin cepat kandungan O2 dalam
air habis.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaab yang telah
dilakukan tentang polusi domestik, maka dapat disimpulkan :
1.
Dari kedelapan
sumber air yang telah diamati, diperoleh bahwa air yang paling cepat mengalami
perubahan warna dan tingkat kestabilan relatif yang rendah yaitu air selokan
,dan air yang paling tinggi tingkat kestabilan relatifnya dan mampu
mempertahankan warna awalnya yaitu air sumur.
2.
Kestabilan relatif
air dapat diketahui dengan menggunakan methylen blue. Yang akan berwarna biru
selama masih ada O2 terlarut dalam air dan akan berubah warna apabila O2
terlarut dalam air telah habis.
V.2
Saran
Sebaiknya para asisten selalu mendampingi
praktikannya saat melakukan praktikum, dan untuk para praktikan tetap selalu menjaga
kebersihan didalam laboratorium.
MAKALAHNYA BAGUS BANGET
BalasHapus