Rabu, 25 April 2012

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM PENGARUH POLUSI DOMESTIK TERHADAP KUALITAS AIR


LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM

PERCOBAAN IV
PENGARUH POLUSI DOMESTIK TERHADAP KUALITAS AIR

NAMA                                       : HERIADI
NIM                                            : H41111294
KELOMPOK                            : VI B
HARI/TGL. PERCOBAAN      : KAMIS 22 MARET 2012
ASISTEN                                   : ADAM ARIFIN
                                                                              ANWAR





 







LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Kehidupan mikroorganisme, seperti ikan dan hewan air lainnya, tidak terlepas dari kandungan oksigen yang terlarut di dalam air, tidak berbeda dengan manusia dan mahluk hidup lainnya yang ada di darat, yang juga memerlukan oksigen dari udara agar tetap dapat bertahan. Air yang tidak mengandung oksigen tidak dapat memberikan kehidupan bagi mikro organisme, ikan dan hewan air lainnya. Oksigen yang terlarut di dalam air sangat penting artinya bagi kehidupan (Sugiharto,1987).
Dalam rumah tangga, air digunakan untuk minum, memasak, mencuci, dan berbagai keperluan lainnya. Setelah digunakan, air dibuang atau mengalir ke selokan. Selanjutnya, air tersebut mengalir ke sungai, danau, dan laut. Air buangan rumah tangga atau dikenal sebagai limbah domestik mengandung 95% sampai 99% air dan sisanya berupa limbah organik (Setiawan,2011) .
Sebagian dari air buangan terdiri atas komponen nitrogen, seperti urea dan asam urik yang kemudian akan terurai menjadi amoniak dan nitrit. Pada perairan yang dimasuki oleh limbah rumah tangga biasanya akan menyebabkan populasi ganggang menjadi meningkat pesat sebagai akibat banyaknya persediaan nutrien. Sebaliknya, persediaan oksigen dalam perairan tersebut semakin berkurang. Di sana dapat ditemukan Tubifex sp., hewan air yang mampu hidup dengan baik di bawah kondisi defisiensi oksigen (Setiawan,2012).
Pada pemeriksaan pencemaran pada air, biasanya dibutuhkan analisis kejernihan air, oksigen terlarut dan BOD (biologycal oxygen demand) untuk mengetahui seberapa besar pencemaran yang terjadi di dalam air. Air yang digunakan pun bersumber dari beberapa tempat agar bisa saling dibandingkan dan lebih melihat pada perbedaan kualitas air (Suryani,2011).

I.2 Tujuan Percobaan
            Tujuan dari percobaan ini adalah
1.      Untuk kualitas air dari beberapa sumber yang berbeda,dengan menggunakan methylen blue.
2.      Untuk mengenalkan dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menngunakan peralatan yang berhubungan dengan pencemaran lingkungan.

I.4 Waktu dan Tempat
             Percobaan ini dilakukan pada hari Selasa, 22  Maret 2012, pada pukul 14.00-17.00 bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 115 Tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis. Parameter fisik menyatakan kondisi fisik air atau keberadaan bahan yang dapat diamati secara visual/kasat mata. Yang termasuk dalam parameter fisik ini adalah kekeruhan, kandungan partikel/padatan, warna, rasa, bau, suhu, dan sebagainya. Parameter kimia menyatakan kandungan unsur/senyawa kimia dalam air, seperti kandungan oksigen, bahan organik (dinyatakan dengan BOD, COD, TOC), mineral atau logam, derajat keasaman, nutrient/hara, kesadahan, dan sebagainya.Parameter mikrobiologis menyatakan kandungan mikroorganisme dalam air, seperti bakteri, virus, dan mikroba pathogen lainnya.Berdasarkan hasil pengukuran atau pengujian, air sungai dapat dinyatakan dalam kondisi baik atau cemar. Sebagai acuan dalam menyatakan kondisi tersebut adalah baku mutu air, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 (Soendjojo, 1990).
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi dan lain-lain juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran. Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi. Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air (Suryani, 2011).
Pencemaran air terjadi apabila dalam air terdapat berbagai macam zat atau kondisi (misal Panas) yang dapat menurunkan standar kualitas air yang telah ditentukan, sehingga tidak dapat digunakan untuk kebutuhan tertentu. Suatu sumber air dikatakan tercemar tidak hanya karena tercampur dengan bahan pencemar, akan tetapi apabila air tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan tertentu, Sebagai contoh suatu sumber air yang mengandung logam berat atau mengandung bakteri penyakit masih dapat digunakan untuk kebutuhan industri atau sebagai pembangkit tenaga listrik, akan tetapi tidak dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga (keperluan air minum, memasak, mandi dan mencuci) (Sugiharto, 1987).
Ada beberapa penyebab terjadinya pencemaran air antara lain apabila air terkontaminasi dengan bahan pencemar air seperti sampah rumah tangga, sampah lembah industri, sisa-sisa pupuk atau pestisida dari daerah pertanian, limbah rumah sakit, limbah kotoran ternak, partikulat-partikulat padat hasil kebakaran hutan dan gunung berapi yang meletus atau endapan hasil erosi tempat-tempat yang dilaluinya (Soendjojo,1990).
Pada dasarnya Bahan Pencemar Air dapat dikelompokkan menjadi (Setiawan, 2011) :
a.                    Sampah yang dalam proses penguraiannya memerlukan oksigen yaitu sampah yang mengandung senyawa organik, misalnya sampah industri makanan, sampah industri gula  tebu, sampah rumah tangga (sisa-sisa makanan), kotoran manusia dan kotoran hewan, tumbuh­tumbuhan dan hewan yang mati. Untuk proses penguraian sampah­sampah tersebut memerlukan banyak oksigen, sehingga apabila sampah-sampah tersbut terdapat dalam air, maka perairan (sumber air) tersebut akan kekurangan oksigen, ikan-ikan dan organisme dalam air akan mati kekurangan oksigen. Selain itu proses penguraian sampah yang mengandung protein (hewani/nabati) akan menghasilkan gas H2S yang berbau busuk, sehingga air tidak layak untuk diminum atau untuk mandi.
b.       Bahan pencemar penyebab terjadinya penyakityaitu bahan pencemar yang mengandung virus dan bakteri misal bakteri coli yang dapat menyebabkan penyakit saluran pencernaan (disentri, kolera, diare, types) atau penyakit kulit. Bahan pencemar ini berasal dari limbah rumah tangga, limbah rumah sakit atau dari kotoran hewan/manusia.
c.                     Bahan pencemar senyawa anorganik/mineral misalnya logam-logam berat seperti merkuri (Hg), kadmium (Cd), Timah hitam (pb), tembaga (Cu), garam-garam anorganik. Bahan pencemar berupa logam-logam  berat yang masuk ke dalam tubuh biasanya melalui makanan dan dapat tertimbun dalam organ-organ tubuh seperti ginjal, hati, limpa saluran pencernaan lainnya sehingga mengganggu fungsi organ tubuh tersebut.
d.          Bahan pencemar organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yaitu senyawa organik berasal dari pestisida, herbisida, polimer seperti plastik, deterjen, serat sintetis, limbah industri dan limbah minyak. Bahan pencemar ini tidak dapat dimusnahkan oleh mikroorganisme, sehingga akan menggunung dimana-mana dan dapat mengganggu kehidupan dan kesejahteraan makhluk hidup.
e.         Bahan pencemar berupa makanan tumbuh-tumbuhan seperti senyawa nitrat, senyawa fosfat dapat menyebabkan tumbuhnya alga (ganggang) dengan pesat sehingga menutupi permukaan air. Selain itu akan mengganggu ekosistem air, mematikan ikan dan organisme dalam air, karena kadar oksigen dan sinar matahari berkurang. Hal ini disebabkan oksigen dan sinar matahari yang diperlukan organisme dalam air (kehidupan akuatik) terhalangi dan tidak dapat masuk ke dalam air.
Polusi domestik atau polusi akibat aktivitas rumah tangga yang dapat berupa sampah, sisa makanan, sabun, deterjen, dan bahan tinja, di mana bahan ini mudah diuraikan oleh mikroba air dengan menggunakan oksigen terlarut dalam air. Derajat pencemaran suatu perairan dapat diketahui dengan bermacam-macam cara, misalnya berdasarkan: kejernihan air, kandungan O2 terlarut, kebutuhan O2 oleh mikroba (BOD = Biological Oxygen Demand), dan proses kimiawi lainnya dalam penguraian bahan organik di dalam air (Umar, 2012).
BOD (Biochemical Oxygen Demand) artinya kebutuhan oksigen biokimia yang menunjukkan jumlah oksigen yang digunakan dalam reaksi oksidasi oleh bakteri. Sehingga makin banyak bahan organik dalam air, makin besar BOD nya sedangkan DO akan makin rendah. Air yang bersih adalah yang BOD nya kurang dari 1 mg/l atau 1 ppm, jika BOD nya di atas 4ppm, air dikatakan tercemar
(Sugiharto,1987).
Yang dimaksud adalah oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri. Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung bahan organik, sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Sehingga kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti ikan, udang dan kerang akan mati (Sugiharto, 1987).
Air alam mengandung zat padat terlarut yang berasal dari mineral dan garam-garam yang terlarut ketika air mengalir di bawah atau di permukaan tanah. Apabila air dicemari oleh limbah yang berasal dari industri pertambangan dan pertanian, kandungan zat padat tersebut akan meningkat. Jumlah zat padat terlarut ini dapat digunakan sebagai indikator terjadinya pencemaran air. Selain jumlah, jenis zat pencemar juga menentukan tingkat pencemaran. Air yang bersih adalah jika tingkat DO nya tinggi, sedangkan BOD dan zat padat terlarutnya rendah (Setiawan, 2011).
Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlahoksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme (Sugiharto, 1987)












DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, Hasan, 2011,PolusiDomestik,http://hasansetiawan.blogspot.com, diakses pada hari Kamis, 22 Maret 2012, pukul 19.23 WITA.

Soendjojo, D, 1990, Ekologi Lanjutan, Depdikbud, Universitas Terbuka, Jakarta.
Sugiharto, 1987, Pengelolaan air limbah,  Universitas Indonesia Press, Jakarta.

 Suryani, 2011, Pencemaran Air,http://riasuryani.blogspot.com,diakses pada hari Kamis, 22   Maret 2012, pukul 19.18 WITA.

Umar, Muhammad Ruslan, 2012, Ekologi umum dalam praktikum, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
















BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1 Alat
            Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pipet tetes.

III.2 Bahan
            Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah botol plastik, karet gelang, plastik gula, label, air laut malam, air laut pagi, air PAM, air sungai, air danau, air selokan, air kolam, air sumur, dan larutan Bromtimol biru 0,1%.

III.3 Cara Kerja
            Cara kerja pada percobaan ini adalah :
1.      Diberikan label pada setiap botol yang akan diisi air dari berbagai sumber.
2.      Dimasukkan air kedalam masing-masing botol yang telah diberi label sesuaidengan urutan atau tulisan jenis air yang tertera pada botol. Pengisian harus sampai penuh dan dilakukan secara hati-hati, jangan sampai air terkocok dan mengandung gelembung air.
3.      Ditambahkan kedalam masing-masing botol yang telah di beri label dengan larutan methylen blue dengan menggunakan syringe sebanyak 0,5 ml atau secukupnya, jarum syringe harus tenggelam kedalam air agar tidak ada gelembung udara yang masuk. Karena jika ada gelembung yang masuk itu bisa membuat hasil dari percobaan tidak akurat lagi, gelembung merupakan indikasi bahwa apakah air tersebut tercemar atau tidak.
4.      Ditutup mulut botol tersebut dengan menggunakan plastik gula yang diikat dengan karet gelang dengan hati-hati. Diusahakan jangan ada gelembung udara didalam botol.
5.      Disimpan botol tersebut dalam incubator atau tempat gelap dan diamati  
perubahan warnanya setiap 24 jam. Dilakukan sampai hampir semua sampel
berubah warna.
6.      Dibuat laporan hasil pengamatan dan ditentukan kestabilan relatif air pada masing- masing sampel.
















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
Tabel Perubahan Warna Pada kedelapan botol sampel selama 12 hari pengamatan.
Hari
Air laut malam
Air laut pagi
Air selokan
Air PDAM
Air sumur
Air kolam
Air sungai
Air danau
      1
-
-
-
-
-
-
-
-
2
-
-
+
-
-
-
-
-
3
-
-
+
-
-
-
-
-
4
-
-
+
-
-
-
+
+
5
-
-
+
-
-
-
+
+
6
-
+
++
-
-
-
+
+
7
+
+
++
-
-
-
+
++
8
+
+
++
-
-
-
++
++
9
+
++
+++
+
-
-
++
++
10
++
++
+++
+
-
+
++
+++
11
+++
++
+++
+
-
+
+++
+++
12
+++
++
+++
+
-
+
+++
+++



Keterangan :
Biru Sekali      : -        
Biru Keruh      : +++                          
Biru                 : ++
Biru muda       : +
IV.2 Pembahasan
            Pada percobaan pengaruh polusi domestik terhadap kualitas air, yang tujuannya untuk mengetahui kualitas air dari beberapa jenis atau sumber air yang berbeda dengan menggunakan methylen blue. Dalam percobaan ini Metylen Blue berfungsi sebagai indikator untuk menguji tingkat pencemaran air. Alat lain yang digunakan yaitu plastik dan karet gelang yang digunakan untuk menutup air yang didalam botol, dan pada saat botol ditutup harus dengan hati-hati diusahakan tidak ada gelembung udara didalam botol yang akan menyebabkan oksigen akan  masuk.  Alat lain yang juga  digunakan yaitu polpen dan kertas label yang akan ditempel pada masing-masing botol sehingga dengan mudah kita melakukan pengamatan dari jenis air yang akan diamati .
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, maka diperoleh data sebagai berikut Air laut malam pada hari ke- 1-6 air berwarna biru sekali dan pada hari ke- 7-9 air berwarna  biru muda pada hari ke-10 air berwarna biru dan pada hari ke11-12 air berwarna biru keruh. Kemudian pada air laut pagi hari ke- 1-5 berwarna biru sekali, kemudian hari ke- 6-8 berubah menjadi agak biru dan pada hari ke- 9-12 berwarna biru muda. Pada air selokan hari ke- 1 berwarna bening, pada hari ke- 2-5 berubah warna menjadi sedikit bening keruh, pada hari 6-12 berubah warna jadi bening keruh. Pada air selokan terjadi perubahan air yang signifikan drastis karena didalam air terdapat organisme yang banyak. Sedangkan pada air PAM pada hari ke- 1-8 air berwarna biru sekali dan pada hari ke- 9-12 air berwarna  biru muda. Pada air sumur hari ke- 1-12 berwarna biru sekali. Pada air kolam hari ke- 1-9 berwarna biru sekali, kemudian hari ke- 10-12 air kolam berubah menjadi biru muda. Pada air sungai pada hari 1-3 berwarna biru sekali, sedangkan pada hari ke- 4-7 berubah warna menjadi agak biru, pada hari ke- 8-12 berubah lagi menjadi biru keruh. Hal ini karena masih adanya kandungan O2 dalam air tersebut. Air danau pada hari ke- 1-3 air berwarna biru sekali dan pada hari ke- 4-6 air berwarna agak biru, sedangkan pada hari ke- 7-12 berwarna biru keruh.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, maka dapat diketahui harga kestabilan relatifnya masing-masing air berdasarkan lama atau tidaknya air tersebut mempertahankan keadaan warna awalnya yang berwarna biru. Kedelapan jenis atau sumber air yang telah diuji dengan methylen blue memberikan gambaran bahwa sumber air yang paling tinggi tingkat pencemarannya yaitu air selokan karena tidak mampu mempertahankan dalam waktu yang lama keadaan awalnya yang berwarna biru. Hal ini disebabkan karena air selokan mengandung banyak mikroorganisme yang mampu menguraikan bahan organik yang terkandung dalam air tersebut. Sedangkan pada air sungai dan air danau hanya mampu mempertahankan keadaan warnanya selama 3 hari ditemukan bahwa air dengan cepat mengalami perubahan warna, hal ini karena air sungai dan air danau memiliki kandungan mikroorganisme yang lumayan banyak sehingga mempunyai kandungan oksigen yang rendah dengan BOD yaitu 50% dan sedikit mikroorganismenya.
 Pada air laut malam dan pagi mampu mempertahankan keadaan warnanya selama 5 hari sehingga BOD yaitu 75% dan diperkirakan hanya mengandung sedikit saja mikroorganisme, kemudian pada air PAM mampu mempertahankan keadaan warna airnya selama 8 hari, Air kolam mampu mempertahankan keadaan warna airnya selama 9 hari dan  air sumur yang mampu mempertahankan keadaan warna airnya selama 12 hari sehingga BOD yaitu 95% yang manandakan bahwa kestabilan relatif air sumur sangat tinggi. Hal ini diperkirakan bahwa kandungan mikroba yang terdapat didalam air sumur kinerja aktivitasnya  rendah sehingga hanya sedikit oksigen yang diuraikan oleh mikroorganisme. Dan semakin tinggi aktivitas mikroba menguraikan bahan organik,maka makin cepat kandungan O2 dalam air habis.














 






















                                                 
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
            Berdasarkan percobaab yang telah dilakukan tentang polusi domestik, maka dapat disimpulkan :
1.                  Dari kedelapan sumber air yang telah diamati, diperoleh bahwa air yang paling cepat mengalami perubahan warna dan tingkat kestabilan relatif yang rendah yaitu air selokan ,dan air yang paling tinggi tingkat kestabilan relatifnya dan mampu mempertahankan warna awalnya yaitu air sumur.
2.                  Kestabilan relatif air dapat diketahui dengan menggunakan methylen blue. Yang akan berwarna biru selama masih ada O2 terlarut dalam air dan akan berubah warna apabila O2 terlarut dalam air telah habis.

V.2 Saran

            Sebaiknya para asisten selalu mendampingi praktikannya saat melakukan praktikum, dan untuk para praktikan tetap selalu menjaga kebersihan didalam laboratorium.
           

1 komentar: