LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
PERCOBAAN
IX
INDEKS
KEANEKARAGAMAN SERANGGA DI PADANG RUMPUT
NAMA : HERIADI
NIM : H41111294
KELOMPOK :
VI B (ENAM)
HARI/TGL. PERCOBAAN : SABTU 7 APRIL 2012
ASISTEN
: ADAM ARIFIN
ANWAR
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk menentukan indeks
keanekaragaman suatu komunitas, sangatlah diperlukan pengatahuan atau
keterampilan dalam mengindentifikasi hewan. Bagi seseorang yang sudah terbiasa
pun dalam melakukan indentifikasi hewan sering membutuhkan waktu yang lama,
apalagi yang belum terbiasa. Karena itu untuk kajian dalam komunitas dan indeks
keanekaragaman sering didasarkan pada kelompok hewan, misalnya, familia, ordo
atau kelas dan hal ini pun dibutuhkan cukup keterampilan dan pengalaman.
Mengingat keanekaragaman spesies dan jumlah hewan yang berada di daerah tropis
jauh lebih banyak di bandingkan dengan daerah temperatur dan daerah beriklim
dingin. Untuk beberapa tujuan yang praktis, ada suatu cara penentuan untuk
mendukung indeks keanekaragaman suatu habitat/komunitas tanpa harus mengetahui
nama masing-masing jenis hewan sama atau tidak/berbeda pada pola pengurutan
pengambilan sampel yang dilakukan secara aacak pada saat pengamatan di
laboratorium atau di lapangan secara langsung, metode itu dikemukakan oleh
Kennedy pada tahun 1997 (Umar, 2012).
Komunitas yang mengalami situasi lingkungan yang kurang
menyenangkan dimana kondisi fisik terus-menerus menderita, kadang kala atau
secara berkala, cenderung terdiri atas sejumlah spesies yang jumlahnya kecil
tetapi berlimpah (Setiadi, 1990).
Untuk beberapa tujuan yang paktis, ada suatu cara penentuan untuk menduga
indeks keanekaragaman suatu habitat/komunitas, tanpa harus mengetahui nama
masing-masing jenis hewan dan kelompok hewan. Kemampuan yang diperlukan hanya
menyatakan, apakan kedua jenis hewan sama atau tidak/berbeda pada pola urutan
pengambilan sampel yang dilakukan secara acak pada saat pengamatan di
laboratorium atau di lapangan secara langsung, metode itu dikemukakan oleh
Kennedy (Setiadi, 1990).
I.2
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1.
Mengetahui indeks keanekaragaman
serangga yang terdapat di padang rumput dengan menggunakan indeks Kennedy.
2. Melatih keterampilan mahasiswa dalam
meneapkan teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana serta
cepat dalam memprediksi keadaan suatu komunitas.
I.3
Waktu dan Tempat
Percobaan Indeks Keanekaragaman Serangga di Padang Rumput
ini dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 7 April 2012 pukul 10.00-14.30 WITA
bertempat di Laboratrorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar, dan pengambilan
sampel dilakukan pada hari Sabtu tanggal 7 April 2012 pukul 06.00 WITA
bertempat di padang rumput sekitar lapangan sepak bola Universitas Hasanuddin,
Makassar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep komunitas adalah suatu prinsip ekologi yang penting yang menekan
keteraturan yang ada dalam keragaman organisme hidup dalam habitat apapun.
Suatu komunitas bukan hanya merupakan pengelompokan secara serampangan hewan
dan tumbuhan yang hidup secara mandiri satu sama lain namun mengandung
komposisi kekhasan taksonomi, dengan pola hubungan tropik dan metabolik yang
tertentu. Konsep komunitas sangatlah penting dalam penerapan praktis
prinsip-prinsip ekologi karena cara terbaik untuk mendorong atau membasmi
pertumbuhan suatu organisme adalah memodifikasi komunitas dan bukannnya
menanganinya secara langsung. Diantara banyak organisme yang membentuk suatu
komunitas, hanya beberapa spesies atau grup yang memperlihatkan pengendalian
yang nyata dalam memfungsikan keseluruhan komunitas. Kepentingan relatif dari
oganisme dalam suatu komunitas tidak ditentukan oleh posisi taksonominya namun
oleh jumlh, ukuran, poduksi dan hubungan lainnya (Michael, 1990).
Komunitas diberi nama dan digolongkan menurut spesies atau bentuk hidup yang
dominan, habitat fisik atau kekhasan fungsional. Analisis komunitas dapat
dilakukan dalam setiap lokasi tertentu berdasakan pada pembedaan zona atau
gradien yang terdapat dalam daerah tersebut. Umumnya semakin curam gradien
lingkungan, makin beragam komunitasnya karena batas yang tajam terbentuk oleh
perubahan yang mendadak dalam sifat fisik lingkungan. Angka perbandingan antara
jumlah spesies dan jumlah total individu dalam suatu komunitas dinyatakan
sebagai keragaman spesies. Ini berkaitan dengan kestabilan lingkungan dan
beragam dengan komunitas berbeda. Keragaman sangatlah penting dalam menentukan
batas kerusakan yang dilakukan terhadap sistem alam oleh turut campurnya
manusia (Michael, 1990).
Hewan dan tumbuhan
cenderung menunjukkan tingkat pertumbuhan yang lebih baik jika faktor-faktor
beragam bila dibandingkan dengan jika faktor-faktor tetap. Faktor-faktor yang
dipertimbangkan di sini adalah faktor-faktor udara, tanah, organisme, dan
beberapa faktor stabil yang mempengaruhi ekosistem. Organisme lain dan beberapa
faktor stabil yang lain adalah kemiringan tanah, arah hadapan, ketinggian,
lintang, letak, dan pH. Ini mempengaruhi tanaman dan tumbuhan secara tidak
langsung melalui pengaruh tersebut terhadap faktor tanah dan udara (Odum,
1993).
Dalam ekologi dipelajari hubungan atau interaksi antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Pada suatu macam habitat dapat hidup berbagai macam oganisme
yang saling mempengaruhi sehingga terjadi interaksi antara populasi dari suatu
spesies dengan populasi dari lain spesies yang disebut interaksi interspesifik.
Beberapa fenomena ekologis yang paling spektakuler adalah interaksi spesifik
dan interaksi obligat antara populasi yang berbeda secara taksonomi. Komunitas
ekologi tesusun oleh beberapa populasi yang berinteraksi pada tingkat yang
bervariasi. Interaksi potensial bervariasi mulai dari interaksi yang bersifat
netral, dimana dua populasi hidup bersama-sama dengan lingkungannya. Disamping
itu, interaksi-interaksi antara populasi pada satu atau kedua populasi dan
interaksinya dapat negatif, yaitu sifat yang merugikan populasi (Setiadi,
1990).
Suatu populasi memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu-individu
yang membangun populasi tesebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang menarik
bagi seorang ekolog adalah ukuran dan rapatannya. Jumlah individu dalam
populasi mencirikan ukurannya dan jumlah individu populasi dalam suatu daerah
atau satuan volume adalah rapatannya. Kelahiran (Natalitas), kematian
(mortalitas), yang masuk (imigrasi), dan yang keluar (emigrasi) dari anggota
mempengaruhi ukuran dan rapatan populasi. Kekhasan lain dari populasi yang
penting dari segi ekologi adalah keragaman morfologi dalam suatu populasi alam
sebaan umur, komposisi genetik dan penyebaran individu dalam populasi (Odum,
1993).
Keanekaragaman hayati yang ada pada ekosistem pertanian
seperti persawahan dapat mempengaruhipertumbuhan dan produksi tanaman, yaitu
dalam sistem perputaran nutrisi, perubahan iklim mikro, dan detoksifikasi
senyawa kimia. Serangga sebagai salah satu komponen keanekaragaman hayati juga
memiliki peranan penting dalam jaring makanan yaitu sebagai herbivor, karnivor,
dan detrivor (Bayu, 2012).
Kemampuan manusia semakin pesat, akibatnya keseimbangan
lingkungan mulai goyah. Hal ini semakin diperparah oleh berbagai sikap manusia
yang cenderung merusak lingkungan seperti membakar hutan, memberantas hama, dan
lain-lain. Pembabatan dan pembakaran hutan menyebabkan dampak yang tidak
sedikit. Hewan buas di hutan yang lingkungannya rusak bermigrasi ke desa-desa,
memangsa hewan-hewan ternak, dan bahkan manusia. Karena lingkungannya tidak
memberikan kenyamanan lagi bagi hewan-hewan ini sehingga berimigrasi ke
perkampungan di sekitar hutan dan merusak tanaman budidaya manusia
Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari
organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk
bersel satu hingga mahluk bersel banyak dan tingkat organisasi kehidupan
individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai
ekosistem (Wolf, 1992).
Untuk beberapa tujuan
yang praktis, ada suatu cara penentuan untuk menduga indeks keanekaragaman
suatu habitat/komunitas, tanpa harus mengetahui nama masing-masing jenis hewan
dan kelompok hewan. Kemampuan yang diperlukan hanya menyatakan, apakah kedua
jenis hewan sama atau tidak/berbeda pada pola urutan pengambilan sampel yang
dilakukan secara acak pada saat pengamatan di laboratorium atau di lapangan
secara langsung, Metode itu dikemukakan oleh Kennedy (1977) (Umar, 2012).
Dalam suatu ekosistem, dapat senantiasa terjadi fluktuasi
atau grafik naik turunnya secara teratur. Hal ini dapat terjadi karena adanya
saling kontrol terhadap populasi konsumen biotik dalam suatu ekositem tersebut.
Proses itu akan terus berjalan secara berkesinambungan dan tanpa menimbulkan
goncangan ekosistem. Hal ini akan terjadi selama lingkungan tersebut berada
dalam keadaan seimbang (Wolf, 1992).
Pada habitat alami seperti hutan, kerusakan karena faktor
serangga herbivor sangat jarang terjadi. Hal ini mungkin disebabkan karena di
dalam habitat hutan jumlah serangga karnivor lebih banyak dan keragaman jenis
serangga juga jauh lebih tinggi dan kompleks dibandingkan agroekosistem (Janzen
1987). Pada lahan pertanian, adanya praktek pertanian memiliki pengaruh yang
sangat kuat terhadap keanekaragaman serangga (Odum, 1993).
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki
kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (mega biodiversity).
Hal ini disebabkan karena Indonesia terletak di kawasan tropik yang mempunyai
iklim yang stabil dan secara geografi adalah negara kepulauan yang terletak
diantara dua benua yaitu Asia dan Australia. Salah satu keanekaragaman hayati
yang dapat dibanggakan Indonesia adalah serangga, dengan jumlah 250.000 jenis
atau sekitar 15% dari jumlah jenis biota utama yang diketahui di Indonesia
(Odum, 1993).
Dalam suatu komunitas yang terbentuk atas banyak spesies,
beberapa diantaranya akan dipengaruhi oleh kehadiran atau ketidakhadiran
anggota lain dari komunitas itu. Suatu interaksi dapat terdiri atas beberapa
bentuk yang berasal dari hubungan pisitif (berguna) sampai interaksi negative
(berbahaya). Bilamana sejumlah organisme bergantung pada sumber yang sama,
persaingan akan terjadi. Persaingan demikian dapat terjadi antara
anggota-anggota spesies yang berbeda (persaingan interspesifik) atau antara
anggota spesies yang sama (intraspesifik). Perbandingan dapat terjadi dalam
makanan atau ruang. Dalam hubungan persaingan antara dua spesies, ini dapat merupakan
bentuk eksploitasi makanan yang tersedia dalam waktu singkat, atau merupakan
gangguan bilamana organisme-organisme itu saling melukai dalam usahanya untuk
mendapatkan makanan (Wolf, 1992).
Diantara banyak organisme yang membentuk suatu komunitas, hanya
spesies atau grup yang memperlihatkan pengendalian yang nyata dalam
memfungsikan keseluruhan komunitas. Kepentingan relatif dari organisme dalam
suatu komunitas tidak ditentukan oleh posisitaksonominya tetapi jumlah, ukuran,
produksi dan hubungan lainnya. Tingkat kepentingan suatu spesies biasanya
dinyatakan oleh indeks keunggulannya (dominansi). Komunitas diberi nama dan
digolongkan menurut spesies atau bentuk hidup yang dominan, habitat fisik, atau
kekhasan fungsional. Analisis komunitas dapat dilakukan dalam setiap lokasi
tertentu berdasarkan pada pembedaan zone atau gradien yang terdapat dalam
daerah tersebut. Umumnya semakin curam gradien lingkungan, makin beragam
komunitas karena batas yang tajam terbentuk oleh perbahan yang mendadak dalam
sifat fisika lingkungan. Angka banding antara jumlah spesies an jumlah total
individu dalam suatu komunitas dinyatakan sebagai keanekaragaman spesies. Ini
berkaitan dengan kestabilan lingkungan dan beragam komunitas berbeda (Wolf,
1992).
Hewan dan tumbuhan cenderung
menunjukkan tingkat pertumbuhan yang lebih baik jika faktor-faktor beragam bila
dibandingkan dengan jika faktor-faktor tetap. Faktor-faktor yang
dipertimbangkan di sini adalah faktor-faktor udara, tanah, organisme, dan
beberapa faktor stabil yang mempengaruhi ekosistem. Organisme lain dan beberapa
faktor stabil yang lain adalah kemiringan tanah, arah hadapan, ketinggian,
lintang, letak, dan pH. Ini mempengaruhi tanaman dan tumbuhan secara tidak
langsung melalui pengaruh tersebut terhadap faktor tanah dan udara (Odum,
1993).
Penyebab
atau ancaman pada keanekaragaman hayati yang disebabkan oleh kegiatan manusia
sebagai berikut (Bayu, 2012):
a. Perusakan
dan Fragmentasi Habitat
Ancaman
utama pada keanekaragaman hayati adalah rusak dan hilangnya habitat, dan cara
yang paling baik adalah melindungi keanekaragaman hayati dan habitatnya.
b. Introduksi
Spesies Eksotik (pendatang) dan Penyebaran Penyakit
Spesies pendatang banyak yang bertggung jawab atas jumlah kepunahan spesies,
khususnya yang berada di pulau-pulau. Dalam suatu ekosistem yang terisolasi,
pemangsa, pesaing, atau patogen baru akan dengan cepat membahayakan spesies asi
yang tidak dapat berdampingan dengan spesies baru.
c. Eksploitasi
Spesies Tumbuhan dan Hewan secara Berlebihan
Banyak sumber daya hutan, perikanan, dan satwa liar telah dieksploitasi secara
berlebihan, kdang-kadang sampai ke titik yang hampir punah.
d. Pencemaran
Tanah, Air, dan Udara
Pencemaran dalam ekosistem dapat mengurangi atau melenyapkan spesies yang peka.
Efek terhadap polusi air, tanah, udara dan bahkan iklim global sangat
mengkhawatirkan tidak saja sebagai ancaman terhadap keanekaragaman hayati
tetapi juga terhadap manusia.
e. Perubahan
Iklim Global dan Regional.
Perubahan iklim global ini mempunyai kemampuan
secara radikal untuk mengubah komunitas biologi dengan cara menyaring
spesies-spesies yang dapat menyesuaikan diri terhadap keadaan yang baru.
Suatu organisme tidak dapat hidup menyendiri, tetapi harus
hidup bersama-sama dengan organisme sejenis dengan yang tidak sejenis. Berbagai
organisme yang hidup di suatu tempat, baik yang besar maupun yang kecil,
tergabung dalam suatu persekutuan yang disebut komunitas biotik. Suatu
komunitas biotik terikat sebagai suatu unit yang saling ketergantungan
anggota-anggotanya (Lakitan, 1994).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1
Alat
Alat yang digunakan adalah botol pembunuh, pinset, sweeping net (perangkap
serangga).
III.2
Bahan
Bahan yang digunakan adalah Eter, kertas, dan serangga.
III.3
Cara Kerja
Cara kerja pada percobaan ini adalah:
A.
Pengambilan Sampel :
1.
Dipilih lokasi di padang rumput yang
ada di sekitar kampus, kemudian penangkapan serangga dilakukan dengan
menggunakan sweeping net.
2.
Diayunkan sweeping net dua kali kekiri
dan kekanan di permukaan padang rumput, setiap melangkah satu kali ayunan dan
dilakukan sebanyak 20 kali ayunan (20 langkah).
3.
Digulung jarring sweeping net agar
serangga tidak lepas, kemudian dimasukkan ke dalam botol pembunuh yang berisi eter
secukupnya. dibiarkan sebentar sampai serangga mati.
4.
Dilakukan penjaringan serangga dengan
sweeping net sebanyak 2 kali pada lokasi padang rumput yang berbeda.
B. Di Laboratorium :
1. Dilakukan pengamatan dengan cara
serangga diambil secara acak satu persatu dan diamati. Serangga nomor 1 diberi
tanda +, lalu diambil serangga nomor 2 dan diletakkan berdampingan dengan
serangga nomor 1 kemudian diamati. Jika serangga nomor 2 berbeda dengan nomor 1
maka diberi tanda +, tetapi bila sama diberi tanda 0.
2. Diambil sampel nomor 3 dan dibandingkan
dengan sampel nomor 2, demikian seterusnya sampai semua sampel teramati.
3. Dilakukan perhitungan Kennedy dengan
menggunakan rumus :
ID
Kennedy = Jumlah Tanda + / Jumlah Organisme yang Diamati
4. Dilakukan pengamatan sebanyak 2 kali,
kemudian diambil rata-ratanya.
DAFTAR PUSTAKA
Bayu, 2012, Sejarah dan Ruang
Lingkup Ekologi dan Ekosistem, www. bayux3.blogdetik.com, diakses pada tanggal
7 April 2012 pukul 20.00 WITA.
Lakitan, B. , 1994, Ekologi, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Michael, P. E. , 1990, Metode
Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium, Universitas
Indonesia, Jakarta.
Odum, Eugene, 1993, Dasar-Dasar
Ekologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Setiadi, Agus, 1990, Pengantar
Ekologi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Umar, M.
Ruslan, 2012, Penuntun praktikum ekologi Umum, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Wolf, L. , 1992, Ekologi Umum,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan tentang Indeks
Keanekaragaman Serangga di Padang Rumput yang telah dilakukan, dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Indeks keanekaragaman menurut
Kennedy (ID.K) pada tempat pengambilan sampel yaitu di padang rumput, sekitar
lapangan sepak bola UNHAS adalah 0,30
dan 0,35. Tingkat keanekaragaman di lokasi pengambilan sampel menurut ID.Kennedy
tergolong rendah karena dibawah 0,5 .
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keanekaragaman adalah faktor-faktor udara, tanah, organisme, dan beberapa
faktor stabil, yaitu ketinggian, lintang, letak, dan pH.
V.2 Saran
Sebaiknya tempat pengambilan sampel tidak pada satu lokasi
yang mempunyai faktor fisik yang sama, ada baiknya jika setiap kelompok
mengambil sampel pada lingkungan yang berbeda-beda, seperti dekat pabrik,
sawah, gunung, pantai, dan lain-lain.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.1.1 Tabel Pengamatan
a.
Tabel Pengamatan Lokasi I
URUTAN
SPESIMEN
|
JUMLAH
TANDA +
|
+ 0 + + + + + + 0 0 0 + + + 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
|
10
|
∑ = 33
|
∑ = 10
|
b. Tabel Pengamatan Lokasi II
URUTAN
SPESIMEN
|
JUMLAH
TANDA +
|
0 0 0 + + 0 0 0 + + 0 + 0 0
|
5
|
∑ = 14
|
∑ = 5
|
IV.2 Analisa Data
Dari hasil tabel di atas, maka dapat dihitung Indeks Keanekaragaman
Kennedy sebagai berikut :
a. Pada Lokasi I
ID
Kennedy =
=
= 0,30
b. Pada Lokasi II
ID.Kennedy =
=
= 0,35
- Nilai Indeks Keanekaragaman Kennedy
:
Parameter
Keanekaragaman
|
˂ 0,5
= rendah
0,5
– 0,7 = sedang
0,7 -
1 = tinggi
|
IV.3 Pembahasan
Pada percobaan ini tentang indeks
keanekaragaman serangga di padang rumput yang diaplikasikan langsung di sekitar
lapangan sepak bola Universitas Hasanuddin, Makassar, dengan menggunakan alat
yaitu Sweeping Net (perangkap serangga) yang berfungsi sebagai alat untuk
menangkap serangga di padang rumput, botol sampel yang berfungsi sebagai wadah
untuk menampung serangga yang telah ditangkap.
Dari percobaan yang telah dilakukan dan setelah melalui
proses pengamatan dan perhitungan, maka diperoleh hasil Indeks Keanekaragaman
Kennedy untuk perhitungan yaitu pada lokasi pertama adalah 0,30 dan pada lokasi
kedua adalah 0,35. Dengan melihat nilai Indeks Kennedy pada lokasi pertama dan
lokasi kedua dari hasil perhitungan di mana nilai yang diperoleh 0,3, ini
menandakan tingkat keanekaragaman serangga di padang rumput sekitar lapangan
sepak bola Unhas tergolong rendah.
Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut dapat simpulkan
bahwa lingkungan tempat pengambilan sampel tersebut sudah tidak stabil, artinya
lingkungan tempat pengambilan sampel sudah terpengaruhi oleh hal-hal yang bisa
membuat populasi serangga di tempat itu berkurang, dan mungkin salah satu
penyebab berkurannya seranngga yang terdapat pada lokasi tersebut yaitu adanya
pembabakan atau penggundulan di padang rumput dimana kami mengambil sampel.
Lingkungan tempat pengambilan sampel mungkng sudah tidak cocok untuk
serangga-serangga tersebut, sehingga jumlah spesies serangga yang ada
cenderung dalam jumlah yang rendah.
Keanekaragaman organisme di suatu tempat dipengaruhi oleh
beberapa faktor tersebut adalah faktor udara, tanah, organisme, dan beberapa
faktor stabil, yaitu ketinggian, lintang, letak, dan pH. Jumlah spesies dalam
komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keanekaragaman spesies akan
bertambah bila habitat stabil atau
sesuai dengan komunitas bersangkutan.
Dengan keadaan lingkungan yang relatif stabil, serangga masih dapat menambah
atau memperbesar jumlah populasinya serta memperbanyak variasi individunya.
Tetapi tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti populasi dari serangga akan
berkurang begitu pula dengan keanekaragamannya karena dipengaruhi oleh berbagai
faktor misalnya pencemaran lingkungan, aktivitas manusia yang dapat
mempersempit habitat serangga tersebut serta makanan yang tersedia mulai
berkurang sehinnga tingkat kompetisi antara serangga menjadi tinggi sehingga
serangga banyak yang melakukan emigrasi.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ditemukan bahwa indeks
keanekaragaman serangga di padang rumput tepatnya di sekitar lapangan sepak
bola Unhas dikategorikan rendah karena diakibatkan oleh faktor manusia yang
melakukan pembabakan dipadang rumput tersebut dan serangga sudah tidak mampu
beradaptasi karena lokasi pengamatan itu memiliki padang rumput yang sudah
bekurang / tidak subur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar