LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
PERCOBAAN
VI
METODE
SAMPLING DAN ANALISIS VEGETASI
NAMA : HERIADI
NIM : H41111294
KELOMPOK :
VI B (ENAM)
HARI/TGL. PERCOBAAN
: MINGGU 15 APRIL 2012
ASISTEN
: ADAM ARIFIN
ANWAR
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk
menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu
vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat
berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan
lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).
Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup
pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri
dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau
komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat
tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur
dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem
lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami
pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi
berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh
anthropogenik (Setiadi, 1984).
Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan
dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara
umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan
keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik,
kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun
secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif,
tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi
yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan
mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi
tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut (Setiadi, 1984).
Untuk menerangkan suatu populasi atau komunitas, diperlukan
sejumlah satuan pengukuran seperti kepadatan, ferkuensi, luas penutupan, dan
biomassa maka dilakukanlah percobaan ini.
I.2
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui kepadatan, frekuensi, dan dominansi dari organisme penyusun dalam
suatu komunitas dengan menggunakan metode petak tunggal, petak ganda, line
transek, belt transek dan loop.
2.
Melatih
keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan
rumus-rumus sederhana dalam analisis populasi.
I.3
Waktu dan Tempat
Percobaan Metode Sampling dan Analisis Vegetasi dilakukan pada hari Minggu, tanggal
15 April 2012 pukul 09.00 WITA bertempat di Canopy, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar, dan
pengamatan dilakukan di padang rumput, depan fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Komunitas vegetasi pada tumbuhan mempunyai hubungan di
antara mereka, mungkin pohon, semak, rumput, lumut kerak dan Thallophyta,
tumbuh-tumbuhan ini lebih kurang menempati strata atau lapisan dari atas ke
bawah secara horizontal, ini disebut stratifikasi. Individu yang menempati
lapisan yang berlainan menunjukkan perbedaan-perbedaan bentuk pertumbuhan,
setiap lapisan komunitas kadang-kadang meliputi klas-klas morfologi individu
yang berbeda seperti, strata yang paling tinggi merupakan kanopi pohon-pohon
atau liana. Untuk tujuan ini, tumbuh-tumbuhan mempunyai klas morfologi yang
berbeda yang terbentuk dalam “sinusie” misalnya pohon dalam sinusie pohon,
epifit dalam sinusie epifit dan sebagainya (Syafei, 1990).
Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta
efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis,
metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini
hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode garis dan metode
intersepsi titik (metode tanpa plot) (Syafei, 1990).
Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan
dipelajari/diselidiki. Tujuannya untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi
dan perubahan lingkungan (Syafei, 1990).
Belt transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan
sangat panjang. Lebar jalur ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk
menunjukkan bagan yang sebenarnya. Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m.
Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah diikutkan, tetapi bila
hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m yang baik.
Panjang transek tergantung tujuan penelitian. Setiap segment dipelajari
vegetasinya (Kershaw, 1979).
Metode garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman
yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali
terdapat/dijumpai. Pada metode garis ini, sistem analisis melalui
variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya
menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama
sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang
terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang
tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan
panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis
yang dibuat. Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang
ditemukan pada setiap garis yang disebar (Michael, 1990).
Ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk
menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu
vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat
berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan
lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).
Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta
efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis,
metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini
hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode garis dan metode
intersepsi titik (metode tanpa plot) (Syafei, 1990).
Metode garis merupakan suatu metode
yang menggunakan cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi
hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini,
apabila vegetasi sederhana maka garis yang digunakan akan semakin pendek. Untuk
hutan, biasanya panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan
untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila
metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang
digunakan cukup 1 m (Umar, 2012).
Metode garis merupakan sistem
analisis melalui variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang
selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk
memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu
sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis
yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase
perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan
terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990).
Metode intersepsi titik merupakan
suatu metode analisis vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa titik. Pada
metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar
terletak pada titik-titik yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai
titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini variable-variabel yang
digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi (Michael, 1990).
Kelimpahan setiap spesies individu
atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total
spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran
yang relatife. Dari nilai relative ini, akan diperoleh sebuah nilai yang
merupak INP. Nilai ini digunakan sebagai dasar pemberian nama suatu vegetasi
yang diamati.Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat
penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1990).
Ada beberapa satuan pengukuran yang digunakan dalam
menerangakn suatu populasi ataupun komunitas seperti frekuensi, kepadatan, luas
penutupan, dan biomassa. Kepadatan merupakan jumlah individu per unit area atau
unit volume. Dalam suatu tempat tidak semuanya merupakan tempat yang layak bagi
suatu spesies hewan. Mungkin dari tempat itu hanya sebagian saja yang merupakan
habitat yang layak bagi hewan tersebut. Kepadatan mutlak atau kepadatan ekologi
merupakan kepadatan yang mendiami bagian tertentu (Soegianto, 1994).
Sampling fauna menentukan kepadatan mutlak itu seringkali
tidak mungkin dilakukan. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat indeks
kepadatan yang umum digunakan untuk keperluan pembandingan. Indeks itu hanya
dinyatakan seabagai jumlah individu per unit habitat atau jumlah inidividu per
unit usaha, bukan lagi jumlah individu per unit luas (Soegianto, 1994).
Sampling tumbuhan menentukan permasalahan yang sering kita hadapi dalam
menentukan suatu individu tanaman. Tumbuhan yang terbentuk pohon atau herba.
Untuk tanaman yang hidup di dalam kelompok atau bereproduksi secara vegetatif
dengan akar di dalam tanah, cara yang umum digunakan adalah menganggap
individu-inidividu tersebut terputus-putus. Sedangkan untuk tanaman yang tumbuh
dalam bentuk rumpun, maka setiap rumpun dianggap sebagi satu individu. Untuk
kondisi seperti ini, jenis pengukuran yang paling cocok adalah dengan mengukur
luas penutupan. Dalam ekologi, frekuensi dipergunakan untuk menyatakan proporsi
antara jumlah sampel yang berisi suatu spesies tertentu dengan jumlah total
sampel. Frekunsi relatif suatu spesies adalah frekuensi dari suatu spesies
dibagi dengan jumlah frekuensi dari semua spesies yang terdapat dalam suatu
komunitas (Soegianto, 1994).
Biomassa merupakan berat dari suatu individu suatu populasi dam sering
dinyatakan per unit luas atau volume. Luas penutupan adalah proporsi antar luas
tempat yang ditutup oleh suatu spesies tumbuhan dengan luas total habitat.
Dalam mengukur luas penutupan ini dapat dilakukan dengan cara mengukur luas
penutupan tajuk atau luas penutupan batang (Soegianto, 1994).
Metode plot adalah prosedur yang umum digunakan untuk sampling berbagai tipe
organisme. Bentuk plot biasanya segi empat atau persegi ataupun dalm bentuk
lingkaran. Sedangkan ukurannya tergantung dari tingkat keheterogenan komunitas.
Ukuran plot umumnya ditentukan berdasarkan luasan kurva spesies tumbuhan dan
hewan menetap (sessile) ataupun yang bergerak lambat, contohnya hewan tanah dan
hewan yang bersarang di lubang (Umar,
2012).
Untuk jenis vegetasi tertentu seperti padang rumput, penggunaan metode plot
seringkali kurang praktis dan butuh bayak waktu. Untuk mengatasi masalah
tersebut, dapat diakali metode transek. Metode transek ini terdapat 3 macam
metode yaitu (Umar, 2012) :
1. Line Transek
Metode ini sering digunakan oleh ahli ekologi untuk
mempelajari komunitas padang rumput.
2. Belt Transek
Metode belt transek biasa digunakan untuk mempelajari suatu
kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya. Cara ini juga
paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan
tanah, topografi, dan elevasi. Transek dibuat memotong garis-garis topografi,
dari tepi laut ke pedalaman, memotong sungia atu menaiki gunung dan menuruni
lereng pegunungan.
3. Metode Strip Sensus
Metode strip sensus sebenarnya sama dengan metode line
transek, hanya saja penerapannya untuk mempelajari ekologi vertebrata daratan.
Metode ini meliputi, berjalan sepanjang garis transek tersebut. Data yang
dicatat berupa indeks populasi.
Dalam luasan tertentu, individu-individu suatu populasi dapat didistribusikan
secara seragam, acak, ataupun secara merumpun. Disrtibusi seragam jarang
terdapat, hanya terajdi apabila kondisi lingkungan cukup seragam di seluruh
luasan dan apabila terdapat persaingan kuat atau antagnisme antara
individu-individu misalnya pada hutan-hutan yang lebat pohon-pohon yang tinggal
hampir mempunyai distribusi relatif atau distribusi seragam karena
kompetsi untuk mendapatkan unsur hara dan cahaya matahari yang kuat (Heddy,
1986).
Dalam luasan tertentu, individu-individu suatu populasi
dapat didistribusikan secara seragam, acak, ataupun secara merumpun. Distribusi
seragam jarang terdapat, hanya terajdi apabila kondisi lingkungan cukup seragam
di seluruh luasan dan apabila terdapat persaingan kuat atau antagnisme antara
individu-individu misalnya pada hutan-hutan yang lebat pohon-pohon yang tinggal
hampir mempunyai distribusi relatif atau distribusi seragam karena
kompetisi untuk mendapatkan unsur hara dan cahaya matahari yang kuat (Heddy,
1986).
Rumpun merupakan pola distribusi yang paling umum bagi tanaman dan heawan di
alam dengan beberapa alasan antara lain adalah karena kondisi lingkungan jarang
yang seragam meskipun luasannya cukup kecil, pola reproduksi yang sering
mendorong pembentukan rumpun, dan hewan yang seringkali menunjukkan pola
perilaku yang mendorong pembentukan kesatuan pada kelompok-kelompok yang
tercerai berai atau pada koloni-koloni (Heddy, 1986).
Indeks Nilai Penting
(INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis
lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis
suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai Penting dihitung berdasarkan
penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi
Relatif (DR), (Soegianto, 1994).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1
Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain alat tulis menulis, Plot 30
cm x 30 cm, patok, meteran, dan mulut aqua gelas.
III.2
Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah areal yang akan diamati (areal
komunitas) dan tali raffia.
III.3
Prosedur Kerja
Prosedur kerja dari
percobaan ini adalah sebagai berikut :
a.
Metode
Plot Acak Berganda
1.
Dipilih
areal yang akan diduga keanekaragaman jenisnya.
2.
Dilemparkan
plot berukuran 30 cm x 30 cm ke area tersebut tanpa melihat daerah yang akan
didarati plot.
3.
Dilihat
tumbuhan yang ada didalam plot.
4.
Dihitung
jumlah tumbuhan (rumput) perjenis dan jumlah keseluruhan.
5.
Dilakukan
tiga kali pengulangan pada pelemparan plot.
6.
Dimasukkan
data hasil pengamatan kedalam table selanjutnya dilakukan perhitungan di
Laboratorium.
b.
Metode
Line Transek
1. Ditentukan suatu areal yang akan
diamati.
2. Dibentangkan tali raffia sepanjang 50
meter sebanyak 2 potong dengan menggunakan patok.
3. Dihitung dan diamati tumbuhan (rumput
atau semak) yang batangnya mengenai tali dan berada di bawah tali.
4. Dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.
5. Dimasukkan data ke dalam tabel dan selanjutnya
dilakukan perhitungan di Laboratorium.
c.
Metode
Belt Transek
1. Ditentukan areal yang akan diamati.
2. Bentangkan sepasang tali dengan panjang
50 meter dengan jarak antara tali satu dengan tali lain sepanjang 5 m menggunakan patok.
3. Dibentangkan tali sepanjang 5 meter
diantara dua tali transek sebanyak 10 tali dengan jarak 5 meter sehingga
dibentuk 10 petak di dalam tali transek.
4. Diamati dan dihitung tumbuhan (pohon)
yang ada pada kolom genap atau ganjil dan diukur diameternya.
5. Dimasukkan data ke dalam tabel dan selanjutnya
dilakukan perhitungan di Laboratorium.
d.
Metode loop
1.
Ditentukan
area yang akan diamati.
2.
Dibentangkan
tali sepanjang 33,3 meter dengan menggunakan patok.
3.
Dibuat titik
sebanyak 100 titik dengan jarak antara titik satu dengan titik yang lain
sepanjang 33,3 cm dengan menggunakan spidol atau polpen.
4.
Diambil mulut
gelas air aqua lalu diletakkan pada titik yang telah dibuat dan diamati
tumbuhan yang ada didalam mulut gelas aqua tersebut.
5.
Dimasukkan
data ke dalam tabel dan selanjutnya dilakukan perhitungan di Laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Heddy, Suwasono, 1986, Analisis
Vegetasi Tumbuhan, http://www.wikipedia.com, diakses pada tanggal 16 April 2012, pukul 20.00 WITA.
Kershaw, K. A. , 1979, Quantitatif
and Dynamic Plant Ecology, London, Edward Arnold Publishers.
Michael, 1990, Pengantar Ekologi,
PT Remaja Rosdakarya, Jakarta.
Setiadi, D. , 1984, Inventarisasi
Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya dengan Pendugaan Sifat Habitat Bonita
Tanah di Daerah Hutan Jati Cikampek, KPH Purwakarta, Jawa Barat, Bogor.
Bagian Ekologi, Departemen Botani, Fakultas Pertanian IPB.
Soegianto, Agoes, 1994, Ekologi
Kuantitatif, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya.
Syafei, 1990, Dinamika Populasi.
Kajian Ekologi Kuantitatif, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Umar, M. Ruslan, 2012, Ekologi
Umum Dalam Praltikum, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar