LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
PERCOBAAN
II
KELEMBABAN
RELATIF UDARA PADA TEMPAT BERBEDA
NAMA : HERIADI
NIM : H41111294
KELOMPOK :
VI B (ENAM)
HARI/TGL. PERCOBAAN
: KAMIS 15 MARET 2012
ASISTEN
: ADAM ARIFIN
ANWAR
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kelembaban adalah persentase
kandungan uap air dalam udara. Semua uap air dalam udara itu berasal dari
penguapan sedangkan penguapan itu sendiri adalah perubahan pase cair menjadi
fase uap air yang ringan dan akan naik ke atmosfir . dalam atmosfir senantiasa
terdapat uap air dan kadar uap air ini selalu berubah-ubah tergantung pada
temperatur udara setempat (Anonim, 2012).
Meskipun uap air hanya meruoakan sebagian kecil saja dari
semua atmosfir kira-kira 2% dari masa seluruhnya tetapi merupakan komponen
udara yang penting dari segi cuaca dan iklim. Data klimatologi untuk kelembaban
udara yang umum dilaporkan adalah kelembaban relative (RH).(Anonim, 2012)
Kelembaban itu di tentukan oleh jumlah uap air yang
terkandung didalam udara. Total uap air per satuan volume. Udara disebut
sebagai kelembaban absolute (absolute humidity, umumnya dinyatakan dalam satuan
kg (m³). Perbandingan antara massa uap air dengan massa udara lembab dalam
satuan volume udara tertentu disebut sebagai kelembaban spesifik (specific
humidity, umumnya dinyatakan dalam satuan g/kg. Massa udara lembab adalah total
massa dari seluruh gas-gas atmosfir yang terkandung, termasuk uap air. Jika
massa uap air tidak diikutkan, maka disebut sebagai udara kering (dri air).(Anonim,
2012)
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari
percobaan ini yaitu :
1.
Untuk mengetahui perbedaan kelembaban
relatif udara pada tempat atau lokasi yang berbeda dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
2.
Untuk melatih keterampilan mahasiswa
dalam membaca dan mengoprasikan peralatan sederhana dalam mengukur kelembaban
udara relatif.
I.3
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Kamis 15 Maret 2012 pukul 14.00-17.00 WITA bertempat di Laboratorium Biologi
Dasar,Jurusan Biologi,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Hasanuddin Makassar.Pengamatan ini dilakukan di tiga tempat yaitu,dalam
ruangan,Canopy (dibawah pohon),dan Pelataran MIPA.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1 Kelembaban Udara
Uap air adalah suatu gas, yang tidak
dapat di lihat, yang merupakan salah satu bagian dari atmosfer. Kabut dan awan adalah titik air atau
butir-butir air yang melayang-layang di udara. Kabut melayang laying
dekat permukaan tanah, kalau awan melayang- layang di angkasa. Banyaknya uap
air yang dikandung oleh hawa tergantung pada temperatur. Makin tinggi
temperatur makin banyak uap air yang dapat dikandung oleh hawa (Hardjodinomo,
1975).
Seperti gas-gas lainnya, uap air juga
mempunyai tekanan, yang makin lebih besar apabila temperatur naik. Tekanan tersebut dinamakan tekanan
uap. Tekanan uap adalah tekanan yang diberikan atau ditimbulkan oleh uap air
sebagai bagian dari udara pada temperatur yang tertentu. Tekanan uap itu adalah
juga bagian dari tekanan udara semuanya dapat diukur dengan milimeter air raksa
atau milibar. Jika udara pada suatu temperatur sudah kenyang (jenuh) maka
tekanan uap pada temperatur tersebut mencapai maksimum. Angka maksimum tersebut
disebut tekanan uap maksimum (Handoko, 1986).
Proses perubahan air menjadi uap air di sebut pengupan
(vaporisasi atau evaporasi). Molekul-molekul air yang mempunyai energi kinetik
yang cukup untuk mengatasi gaya-gaya tarik yang cenderung untuk menahannya
dalam badan air diproyeksikkan melalui permukaan air. Oleh karena
energi kinetik bertambah dan tegangan permukaan berkurang ketika temperatur
naik, maka laju penguapan naik menurut temperatur. Hampir semua uap di atmosfer
adalah hasil penguapan dari permukaan air (Linsley, 1989).
Beberapa prinsip yang umum digunkan
dalam pengukuran kelembaban udara yaitu (1) metode pertambahan panjang dan (2)
berat,pada benda-benda higroskopis, serta (3) metode termodinamika. Alat
pengukur kelembaban udara secara umum disebut hygrometer sedangkan yang
menggunakan metode termodinamika disebut psikrometer (Gunarsih, 1990).
Kelembaban nisbi pada suatu tempat
tergantung pada suhu yang menentukan kapasitas udara untuk menampung uap air
serta kandungan uap air aktual di tempat tersebut. Kandungan uap air yang
aktual ini ditentukan oleh ketersediaan air tempat tersebut serta energi untuk
menguapkannya. Jika daerah tersebut basah dan panas seperti daerah-daerah di
kalimantan, maka penguap akan tinggi yang berakibat pada kelembaban mutlak
serta kelembaban nisbi yang tinngi. Sedangkan daerah pegunungan di Indonesia
umumnya mempunyai kelembaban nisbi yang tinggi karena suhunya rendah sehingga
kapasitas udara untuk menampung uap air relatif kecil (Handoko, 1986).
Kelembaban nisbi merupakan perbandingan antara kelembaban
aktual dengan kapasitas udara untuk menampung uap air. Bila kelembaban aktual
dinyatakan dengan tekanan uap aktual, maka kapasitas udara untuk menampung uap
air tersebut merupakan tekanan uap jenuh. Sehingga kelembaban nisbi (RH) dapat
ditulis dengan persen ( Sutrisno, 1986 ).
Kelembaban udara dalam ruang tertutup dapat diatur sesuai
dengan keinginan. Pengaturan kelembaban udara ini didasarkan atas prinsip
kesetaraan potensi air antara udara dengan bahan padat tertentu. Jika suatu
ruang tertutup dimasukkan larutan, maka air dari larutan larutan air tersebut
akan menguap sampai terjadi keseimbangan antara potensi air dengan potensi air
larutan. Potensi air udara ber hubungan dengan kelembaban relatif udara
tersebut (Lakitan, 2002)
Kelembaban relatif akan diukur dengan menghembus udara pada
dua buah termometer, salah satu diantaranya dibungkus dengan kain basah (bola
basah) dan lainnya kering (bola kering) pendekatan gravimetricmerupakn
pengukuuran langsung (oleh sebab itu merupeken yang paling akurat. Untuk
kelembaban udara dijadikanpatokan untuk kalibrasi instrument_
instrumentpengukuran kelembaban air lainnya. Etimasi kasar (tapi praktis) untuk
kelembaban relative berdasarkan data kerapatan uap air dan suhu udara dapat
dilkukan dengan menggunakan penyajian hubunga antra suhu udra, kerapatan uap
air, suhu bola basah, dan kelembaban (Syehan, 1990).
Tinggi rendahnya kelembaban udara di suatu tempat sangat
bergantung pada beberapa faktor yaitu (Umar, 2012):
a.
Suhu
b. Tekanan udara
c.
Pergerakan angin
d.
Kuantitas dan kualitas penyinaran
e.
Vegetasi
f.
Ketersediaan air di suatu tempat (air, tanah, perairan).
Pada ekosistem, factor-faktor tidak bekerja sendiri-sendiri
akan tetapi bekerja bersam-sama. Temperatur dan kelembaban sangat berpengaruh
pada lingkungan darat. Efek pembatas dari temperature bertambah hebat apabila
kelembaban dalam keadaan ekstrim, yaitu tinggi maupun rendah interaksi antara
temperature dan kelembaban seperti interaksi pada factor lain yaitu tergantung
kepada nilai nisbi dan nilai mutlak dari setiap factor (Suryati, 2007).
Sebagai pilihan, dapat diguanakan kertas indikator untuk
mengukur kelembaban relatif. Indikator kelembaban dibuat dengan menggunakan
kobalt klorida. Kobalt klorida berwarna biru bila kering, dan berubah menjadi
merah jambu bila basah. Apabila kobalt klorida berubah menjadi warna merah
jambu maka konsentrasinya tinggi dan memberikan kelembaban relative. Untuk
membantu dalam mengukur kelembaban relatif udara ini dibutuhkan juga suhu udara
yang stabil (Anonim, 2012).
Faktor – Faktor yang akan diukur adalah temperatur dan
kelembaban nisbi. Kelembaban nisbi adalah banyaknya uap air yang terdapat dalam
udara pada temperatur tertentu dibandingkan dengan banyaknya uap air yang dapat
dikandung secara maksimum pada temperatur tersebut. Kelembaban nisbi dinyatakan
dalam prosen (%). Pada umumnya organisme akan kehilangan lebih banyak air dalam
atmosfir dengan kelembaban rendah dari pada dalam atmosfir dengan kelembaban
tinggi. Oleh karena itu salah satu faktor abiotik yang sangat penting pada
organisme darat adalah kelembaban nisbi (Anonim,2012).
Kelembaban nisbi biasanya diukur dengan menggunakan
termometer basah dan kering, baik secara manual maupun dengan alat Sling
Psychrometer dan Hygrograf. Apabila pembacaan pada kedua termometer basah dan
kering sama, maka kelembaban nisbinya adalah 100%, tetapi apabila pembacaan
termometer basah di bawah termometer kering, maka kelembaban nisbinya kurang
dari 100%. Nilai sebenarnya dapat dilihat pada tabel, tetapi kalau menggunakan
Sling Psychrometer dan hygrometer dapat langsung dibaca pada skala ukurannya
(Umar, 2012).
Kelembaban udara dalam ruangan tertutup dapat diatur sesuai
dengan keingunan. Pengaturan kelembaban udara ini didasarkankan atas prinsip
kesetaraan potensi air antara udara dengan larutan atau dengan bahan padat
tertentu. Jika ke dalam suatu ruangan tertutup dimasukkan larutan, maka air
dalam larutan tersebut akan menguap sampai terjadi keseimbangan antara potensi
air pada udara dengan potensi larutan. Demikian pula halnya jika hidrat Kristal
garam-garam tertentu dimasukkan dalam ruang tertutup, maka air dari hidrat
Kristal garam akan menguap sampai terjadi keseimbangan potensi air
(Anonim,2012).
Kelembaban udara yang lebih tinggi pada
udara dekat permukaan pada siang hari disebabkan karena penambahan uap air
hasil evapotranspirasi dari permukaan. Proses ini berlangsung karena permukaan
tanah menyerap radiasi matahari selama siang hari tersebut. Pada malam hari,
akan berlangsung proses kondensasi atau pengembunan yang memanfaatkan uap air
yang berasal dari udara. Oleh sebab itu, kandungan uap air di udara dekat
permukaan tersebut akan berkurang (Anonim, 2012).
Dalam
kelembaban ini kita mengenal beberapa istilah yaitu kelembaban mutlak,
kelembaban specifik dan kelembaban relatif. Kelembaban mutlak adalah massa uap air
yang berada dalam satu satuan udara yang dinyatakkan dalam gram/ m, kelembaban specifik merupakan perbandingan
massa uap air di udara dengan satuan massa udara yang dinyatakkan dalam gram/
kilogram, sedangkan kelembaban relatif
merupakan perbandingan jumlah uap air di udara dengan jumlah
maksimum uap air yang kandung panas dan temperatur tertentu yang dinyatakkan
dalam persen ( % )
(Kartasapoetra, 1990).
Beberapa
prinsip yang umum digunakan dalam pengukuran kelembaban udara yaitu metode
pertambahan panjang dan berat pada
benda-benda higroskopis, serta metode termodinamika. Alat pengukur kelembaban
udara secara umum disebut hygrometer sedangkan yang menggunakan metode
termodinamika disebut psikrometer (Kartasapoetra, 1990).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III. 1 Alat
Alat yang digunakan pada saat praktikum adalah
thermometer, sling psychrometer, botol air/ hand sprayer, karet gelang , dan
tabel kelembaban relatif udara.
III.
2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah kapas, dan air.
III. 3 Cara Kerja
Cara kerja dari percobaan ini adalah :
A.
Pengukuran Kelembaban Secara
Manual.
1. Disediakan dua buah termometer (skala
1-100), yang mana salah satu dari thermometer tersebut pada bagian ujung
pangkal dibagian yang mengandung air raksa/alcohol, kemudian dibalut dengan
kapas secukupnya dan diikat dengan karet gelang.
2. Dibasahi kapas secukupnya dengan cara
dicelupkan ke dalam botol air atau disemprotkan dengan hand sprayer.
3. Digantung kedua thermometer (basah dan
kering) pada tempat yang dipilih) sambil dikipas-kipas selama kurang lebih 3
menit.
4. Dilakukan pengamatan setiap selang waktu
3 menit sebanyak 3 kali pada setiap tempat yang dipilih (dalam ruangan, luar
ruangan,tempat terbuka dan di bawah pohon).
5. Dicatat nilai dari hasil pembacaan pada
kedua thermometer (basah dan kerimg) dalam bentuk table.
B. Pengamatan Kelembaban Udara dengan Sling
Psikrometer
1.
Diambil,
Sling psychrometer kemudian thermometer basah dan kering ditarik keluar dari
kotak skala pada alat tersebut
2 Diperhatikan
sumbu yang menghubungkan antara tempat pembasahan dengan ujung thermometer
basah. Kalau tidak tersambung, disambungkan pada ujung thermometer basah.
3. Dibasahi sumbu tersebut dengan air
secukupnya, kemudian diayun-ayunkan dengan cara diputar-putar di udara seperti
baling-baling.
4. Dilakukan pengamatan setiap 3 menit
pada thermometer basah dan kering. Untuk pembacaan kelembaban relatifnya dapat
dicocokannya pada skala yang terdapat pada alat.
5. Dicatat hasil pembacaan pada skala
termometer disetiap lokasi pengamatan yang berbeda dan dibuat dalam bentuk
table.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012, Kelembaban Relatif
Udara, http://wikipedia.com,diakses pada hari Rabu,16 Maret 2012, pukul 21.17 WITA.
Anonim, 2012, Kelembaban, http://wikipedia.com,diakses pada hari Rabu, 21
Maret 2012 pukul 20.45 WITA.
Gunarsih Ance,Kartasapoetra, 1990, Klimatologi Pengaruh
Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman, Bumi Aksara, Jakarta.
Handoko, 1986, Pengamatan Unsur –
Unsur Cuaca di Stasiun Klimatologi Pertanian,
Jurusan Geofisika dan Meteorologi FMIPA-IPB, Bogor.
Hardjodinomo, Soekirno, 1975, Ilmu Iklim dan Pengairan, Binacipta, Bandung.
Lakitan, 2002, Dasar-dasar
Klimatologi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Linsley dan kawan-kawan, 1989, Hidrologi Untuk
Insinyur, Erlangga, Jakarta. Suryati,2007, Pengantar Ekologi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sutrisno,
1986, Fisika Dasar, ITB, Bandung.
Syehan,
Ersin,1990, Dasar-dasar Hidrologi,
Gajah Mada Universitas Press,
Yogyakarta.
Umar, M. Ruslan, 2012, Penuntun Praktikum Ekologi Umum,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.1.1
Tabel
Tabel pengamatan
tempat
|
termometer biasa
|
sling psycrometer
|
||||
basah
|
kering
|
KR%
|
Basah
|
kering
|
KR %
|
|
dalam ruangan
laboratirium
|
16
|
38
|
53
|
27
|
28
|
94
|
15
|
38
|
49
|
28
|
26
|
87
|
|
16
|
38
|
53
|
29
|
27
|
89
|
|
rata-rata
|
15,7
|
38
|
51,7
|
28
|
27,0
|
90
|
dibawah pohon
(Canopy)
|
28
|
29
|
92
|
27,5
|
30
|
92
|
28
|
29
|
92
|
26,5
|
27
|
91
|
|
25
|
28
|
88
|
26
|
27,5
|
90
|
|
rata-rata
|
27
|
28,7
|
90,7
|
26,7
|
28,2
|
91
|
pelataran MIPA
|
24
|
41
|
22
|
26
|
28
|
88
|
24
|
38
|
27
|
27
|
29
|
87
|
|
24
|
38
|
27
|
28
|
29
|
92
|
|
rata-rata
|
24
|
39
|
25,3
|
27
|
28,7
|
89
|
IV.2
Pembahasan
Percobaan kelembaban relatif udara dilakukan pada tiga
tempat yang berbeda yakni di dalam laboratorium, pelataran MIPA dan Canopy.
Untuk mengukur kelembaban relatif udara dari ketiga tempat tersebut,
pengukuran dilakukan dengan mengunakan
dua alat yakni termometer dan sling psychrometer dimana alat ini terdiri dari
termometer basah dan termometer kering. Pengukuran dengan alat ini untuk
membandingkan kelembaban ditiga tempat berbeda tersebut. Pengukuran dengan
menggunakan termometer dilakukan dengan cara mengantungnya sambil
dikipas-kipas, sedangkan pengukuran menggunakan sling psychrometer dilakukan
dengan cara memutar-mutarkannya diudara.
Hasil yang diperoleh dari percobaan tersebut dapat
dilihat sebagai berikut:
1. Percobaan dalam laboratorium
Pada percobaan yang dilakukan dalam laboratorium
kelembaban relatifnya cukup tinggi yakni 51,7% untuk pengukuran yang mengunakan
termometer dan 90% untuk pengukuran yang mengunakan sling psychrometer. Hal ini
diakibatkan karena dalam ruangan suhunya relatif tetap serta tidak adanya
pergerakan angin juga penyinaran matahari tidak langsung, sehingga banyak
terdapat uap air disini.
2. Percobaan di Canopy
(dibawah pohon)
Percobaan yang dilakukan di daerah Canopy dapat dilihat
bahwa kelembaban relatif udaranya sangat tinggi yakni 90,7% untuk pengukuran
yang mengunakan termometer dan 91% untuk pengukuran yang mengunakan sling
psychrometer. Hal ini dapat terjadi karena di daerh Canopy terdapat banyak
vegetasi serta kuantitas dan kualitas penyinaran mataharipun terhalang dengan
pepohonan, sehingga memyebabkan uap air pada daerah ini banyak.
3. Percobaan di
pelataran MIPA (tempat terbuka)
Percobaan yang dilakukan dipelataran MIPA dapat dilihat
bahwa pengukuran dengan menggunakan termometer kelembaban relatifnya sebesar
25,3% sedangkan untuk pengukuran yang mengunakan sling psychrometer kelembaban
relatifnya sebesar 89%. Disini terdapat perbedaan kelembaban relatif dari skala
yang ditunjuk oleh kedua alat tersebut, ini mungkin saja terjadi karena pada saat
percobaan dilakukan cuaca tidak menentu serta suhunya yang tidak stabil
sehingga menyebabkan perbedaan pada kelembaban relatif ditempat ini.
Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa kelembaban
relatif udara disuatu tempat sangat dipengaruhi oleh suhu, tekanan udara,
pergerakan angin, kuantitas dan kualitas penyinaran, vegetasi, dan ketesediaan
air pada suatu tempat.
BAB
V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.
Kelembaban relatif udara pada tempat
yang berbeda memiliki perbedaan. Dimana kelembaban relatif udara pada suatu
tempat dipengaruhi beberapa faktor seperti suhu, tekanan udara, pergerakan
angin, kuantitas dan kualitas penyinaran, vegetasi, dan ketersediaan air
disuatu tempat.
2. Kelembaban
relatif udara dapat diukur dengan menggunakan thermometer dan sling Psychrometer.
V.2
Saran
Saran saya,
sebaiknya saat praktikum para asisten mendampingi para praktikannya agar
kesalahan dalam penggunaan alat dapat diantisipasi. Dan juga Alat-alat laboratoriumnya
diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan pada data yang didapat.
gimana ya cara ngitung RH pakai persen kalo pake termometer biasa??
BalasHapus