Selasa, 24 April 2012

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM KELEMBABAN RELATIF UDARA


LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM

PERCOBAAN II
KELEMBABAN RELATIF UDARA PADA TEMPAT BERBEDA

NAMA                                       : HERIADI
NIM                                            : H41111294
KELOMPOK                            : VI B (ENAM)
HARI/TGL. PERCOBAAN                : KAMIS 15 MARET 2012
ASISTEN                                   : ADAM ARIFIN
                                                                              ANWAR












LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
  Kelembaban adalah persentase kandungan uap air dalam udara. Semua uap air dalam udara itu berasal dari penguapan sedangkan penguapan itu sendiri adalah perubahan pase cair menjadi fase uap air yang ringan dan akan naik ke atmosfir . dalam atmosfir senantiasa terdapat uap air dan kadar uap air ini selalu berubah-ubah tergantung pada temperatur  udara setempat (Anonim, 2012).
Meskipun uap air hanya meruoakan sebagian kecil saja dari semua atmosfir kira-kira 2% dari masa seluruhnya tetapi merupakan komponen udara yang penting dari segi cuaca dan iklim. Data klimatologi untuk kelembaban udara yang umum dilaporkan adalah kelembaban relative (RH).(Anonim, 2012)
Kelembaban itu di tentukan oleh jumlah uap air yang terkandung didalam udara. Total uap air per satuan volume. Udara disebut sebagai kelembaban absolute (absolute humidity, umumnya dinyatakan dalam satuan kg (m³). Perbandingan antara massa uap air dengan massa udara lembab dalam satuan volume udara tertentu disebut sebagai kelembaban spesifik (specific humidity, umumnya dinyatakan dalam satuan g/kg. Massa udara lembab adalah total massa dari seluruh gas-gas atmosfir yang terkandung, termasuk uap air. Jika massa uap air tidak diikutkan, maka disebut sebagai udara kering (dri air).(Anonim, 2012) 


I.2 Tujuan Percobaan
            Tujuan dari percobaan ini yaitu :
1.                  Untuk mengetahui perbedaan kelembaban relatif udara pada tempat atau lokasi yang berbeda dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2.                  Untuk melatih keterampilan mahasiswa dalam membaca dan mengoprasikan peralatan sederhana dalam mengukur kelembaban udara relatif.
I.3 Waktu dan Tempat Praktikum
            Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis 15 Maret 2012 pukul 14.00-17.00 WITA bertempat di Laboratorium Biologi Dasar,Jurusan Biologi,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin Makassar.Pengamatan ini dilakukan di tiga tempat yaitu,dalam ruangan,Canopy (dibawah pohon),dan Pelataran MIPA.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kelembaban Udara
Uap air adalah suatu gas, yang tidak dapat di lihat, yang merupakan salah satu bagian dari atmosfer. Kabut dan awan adalah titik air atau butir-butir air  yang melayang-layang di udara. Kabut melayang laying dekat permukaan tanah, kalau awan melayang- layang di angkasa. Banyaknya uap air yang dikandung oleh hawa tergantung pada temperatur. Makin tinggi temperatur makin banyak uap air yang dapat dikandung oleh hawa (Hardjodinomo, 1975).
Seperti gas-gas lainnya, uap air juga mempunyai tekanan, yang makin lebih besar apabila temperatur naik. Tekanan tersebut dinamakan tekanan uap. Tekanan uap adalah tekanan yang diberikan atau ditimbulkan oleh uap air sebagai bagian dari udara pada temperatur yang tertentu. Tekanan uap itu adalah juga bagian dari tekanan udara semuanya dapat diukur dengan milimeter air raksa atau milibar. Jika udara pada suatu temperatur sudah kenyang (jenuh) maka tekanan uap pada temperatur tersebut mencapai maksimum. Angka maksimum tersebut disebut tekanan uap maksimum (Handoko, 1986).
Proses perubahan air menjadi uap air di sebut pengupan (vaporisasi atau evaporasi). Molekul-molekul air yang mempunyai energi kinetik yang cukup untuk mengatasi gaya-gaya tarik yang cenderung untuk menahannya dalam badan air diproyeksikkan melalui permukaan air. Oleh karena energi kinetik bertambah dan tegangan permukaan berkurang ketika temperatur naik, maka laju penguapan naik menurut temperatur. Hampir semua uap di atmosfer adalah hasil penguapan dari permukaan air (Linsley, 1989).
Beberapa prinsip yang umum digunkan dalam pengukuran kelembaban udara yaitu (1) metode pertambahan panjang dan (2) berat,pada benda-benda higroskopis, serta (3) metode termodinamika. Alat pengukur kelembaban udara secara umum disebut hygrometer sedangkan yang menggunakan metode termodinamika disebut psikrometer (Gunarsih, 1990).
Kelembaban nisbi pada suatu tempat tergantung pada suhu yang menentukan kapasitas udara untuk menampung uap air serta kandungan uap air aktual di tempat tersebut. Kandungan uap air yang aktual ini ditentukan oleh ketersediaan air tempat tersebut serta energi untuk menguapkannya. Jika daerah tersebut basah dan panas seperti daerah-daerah di kalimantan, maka penguap akan tinggi yang berakibat pada kelembaban mutlak serta kelembaban nisbi yang tinngi. Sedangkan daerah pegunungan di Indonesia umumnya mempunyai kelembaban nisbi yang tinggi karena suhunya rendah sehingga kapasitas udara untuk menampung uap air relatif kecil (Handoko, 1986).
Kelembaban nisbi merupakan perbandingan antara kelembaban aktual dengan kapasitas udara untuk menampung uap air. Bila kelembaban aktual dinyatakan dengan tekanan uap aktual, maka kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut merupakan tekanan uap jenuh. Sehingga kelembaban nisbi (RH) dapat ditulis dengan persen ( Sutrisno, 1986 ).
Kelembaban udara dalam ruang tertutup dapat diatur sesuai dengan keinginan. Pengaturan kelembaban udara ini didasarkan atas prinsip kesetaraan potensi air antara udara dengan bahan padat tertentu. Jika suatu ruang tertutup dimasukkan larutan, maka air dari larutan larutan air tersebut akan menguap sampai terjadi keseimbangan antara potensi air dengan potensi air larutan. Potensi air udara ber hubungan dengan kelembaban relatif udara tersebut (Lakitan, 2002)
Kelembaban relatif akan diukur dengan menghembus udara pada dua buah termometer, salah satu diantaranya dibungkus dengan kain basah (bola basah) dan lainnya kering (bola kering) pendekatan gravimetricmerupakn pengukuuran langsung (oleh sebab itu merupeken yang paling akurat. Untuk kelembaban udara dijadikanpatokan untuk kalibrasi instrument_ instrumentpengukuran kelembaban air lainnya. Etimasi kasar (tapi praktis) untuk kelembaban relative berdasarkan data kerapatan uap air dan suhu udara dapat dilkukan dengan menggunakan penyajian hubunga antra suhu udra, kerapatan uap air, suhu bola basah, dan kelembaban (Syehan, 1990).
Tinggi rendahnya kelembaban udara di suatu tempat sangat bergantung pada beberapa faktor yaitu (Umar, 2012):
a. Suhu
             b.   Tekanan udara
c.  Pergerakan angin
d.  Kuantitas dan kualitas penyinaran
e.  Vegetasi
f.  Ketersediaan air di suatu tempat (air, tanah, perairan).
Pada ekosistem, factor-faktor tidak bekerja sendiri-sendiri akan tetapi bekerja bersam-sama. Temperatur dan kelembaban sangat berpengaruh pada lingkungan darat. Efek pembatas dari temperature bertambah hebat apabila kelembaban dalam keadaan ekstrim, yaitu tinggi maupun rendah interaksi antara temperature dan kelembaban seperti interaksi pada factor lain yaitu tergantung kepada nilai nisbi dan nilai mutlak dari setiap factor (Suryati, 2007).
Sebagai pilihan, dapat diguanakan kertas indikator untuk mengukur kelembaban relatif. Indikator kelembaban dibuat dengan menggunakan kobalt klorida. Kobalt klorida berwarna biru bila kering, dan berubah menjadi merah jambu bila basah. Apabila kobalt klorida berubah menjadi warna merah jambu maka konsentrasinya tinggi dan memberikan kelembaban relative. Untuk membantu dalam mengukur kelembaban relatif udara ini dibutuhkan juga suhu udara yang stabil (Anonim, 2012).
Faktor – Faktor yang akan diukur adalah temperatur dan kelembaban nisbi. Kelembaban nisbi adalah banyaknya uap air yang terdapat dalam udara pada temperatur tertentu dibandingkan dengan banyaknya uap air yang dapat dikandung secara maksimum pada temperatur tersebut. Kelembaban nisbi dinyatakan dalam prosen (%). Pada umumnya organisme akan kehilangan lebih banyak air dalam atmosfir dengan kelembaban rendah dari pada dalam atmosfir dengan kelembaban tinggi. Oleh karena itu salah satu faktor abiotik yang sangat penting pada organisme darat adalah kelembaban nisbi (Anonim,2012).
Kelembaban nisbi biasanya diukur dengan menggunakan termometer basah dan kering, baik secara manual maupun dengan alat Sling Psychrometer dan Hygrograf. Apabila pembacaan pada kedua termometer basah dan kering sama, maka kelembaban nisbinya adalah 100%, tetapi apabila pembacaan termometer basah di bawah termometer kering, maka kelembaban nisbinya kurang dari 100%. Nilai sebenarnya dapat dilihat pada tabel, tetapi kalau menggunakan Sling Psychrometer dan hygrometer dapat langsung dibaca pada skala ukurannya (Umar, 2012).
Kelembaban udara dalam ruangan tertutup dapat diatur sesuai dengan keingunan. Pengaturan kelembaban udara ini didasarkankan atas prinsip kesetaraan potensi air antara udara dengan larutan atau dengan bahan padat tertentu. Jika ke dalam suatu ruangan tertutup dimasukkan larutan, maka air dalam larutan tersebut akan menguap sampai terjadi keseimbangan antara potensi air pada udara dengan potensi larutan. Demikian pula halnya jika hidrat Kristal garam-garam tertentu dimasukkan dalam ruang tertutup, maka air dari hidrat Kristal garam akan menguap sampai terjadi keseimbangan potensi air (Anonim,2012).
Kelembaban udara yang lebih tinggi pada udara dekat permukaan pada siang hari disebabkan karena penambahan uap air hasil evapotranspirasi dari permukaan. Proses ini berlangsung karena permukaan tanah menyerap radiasi matahari selama siang hari tersebut. Pada malam hari, akan berlangsung proses kondensasi atau pengembunan yang memanfaatkan uap air yang berasal dari udara. Oleh sebab itu, kandungan uap air di udara dekat permukaan tersebut akan berkurang (Anonim, 2012).
            Dalam kelembaban ini kita mengenal beberapa istilah yaitu kelembaban mutlak, kelembaban specifik dan kelembaban relatif. Kelembaban mutlak adalah massa uap air yang berada dalam satu satuan udara yang dinyatakkan dalam gram/ m, kelembaban specifik merupakan perbandingan massa uap air di udara dengan satuan massa udara yang dinyatakkan dalam gram/ kilogram, sedangkan kelembaban relatif merupakan perbandingan jumlah uap air di udara dengan jumlah maksimum uap air yang kandung panas dan temperatur tertentu yang dinyatakkan dalam persen ( % ) (Kartasapoetra, 1990).                                            
       Beberapa prinsip yang umum digunakan dalam pengukuran kelembaban udara yaitu metode pertambahan panjang dan berat pada benda-benda higroskopis, serta metode termodinamika. Alat pengukur kelembaban udara secara umum disebut hygrometer sedangkan yang menggunakan metode termodinamika disebut psikrometer (Kartasapoetra, 1990).
                                                           









BAB III
METODE PERCOBAAN

III. 1    Alat
Alat yang digunakan pada saat praktikum adalah  thermometer, sling psychrometer, botol air/ hand sprayer, karet gelang , dan tabel kelembaban relatif udara.

III. 2    Bahan
Bahan yang digunakan adalah kapas, dan air.

III. 3    Cara Kerja
Cara kerja dari percobaan ini adalah :
A.        Pengukuran Kelembaban Secara Manual.
1.         Disediakan dua buah termometer (skala 1-100), yang mana salah satu dari thermometer tersebut pada bagian ujung pangkal dibagian yang mengandung air raksa/alcohol, kemudian dibalut dengan kapas secukupnya dan diikat dengan karet gelang.
2.         Dibasahi kapas secukupnya dengan cara dicelupkan ke dalam botol air atau disemprotkan dengan hand sprayer.
3.         Digantung kedua thermometer (basah dan kering) pada tempat yang dipilih) sambil dikipas-kipas selama kurang lebih 3 menit.
4.         Dilakukan pengamatan setiap selang waktu 3 menit sebanyak 3 kali pada setiap tempat yang dipilih (dalam ruangan, luar ruangan,tempat terbuka dan di bawah pohon).
5.         Dicatat nilai dari hasil pembacaan pada kedua thermometer (basah dan kerimg) dalam bentuk table.
B.        Pengamatan Kelembaban Udara dengan Sling Psikrometer
1.                  Diambil, Sling psychrometer kemudian thermometer basah dan kering ditarik keluar dari kotak skala pada alat tersebut
 2         Diperhatikan sumbu yang menghubungkan antara tempat pembasahan dengan ujung thermometer basah. Kalau tidak tersambung, disambungkan pada ujung thermometer basah.
3.         Dibasahi sumbu tersebut dengan air secukupnya, kemudian diayun-ayunkan dengan cara diputar-putar di udara seperti baling-baling.
4.         Dilakukan pengamatan setiap 3 menit pada thermometer basah dan kering. Untuk pembacaan kelembaban relatifnya dapat dicocokannya pada skala yang terdapat pada alat.
5.         Dicatat hasil pembacaan pada skala termometer disetiap lokasi pengamatan yang berbeda dan dibuat dalam bentuk table.




DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012, Kelembaban Relatif Udara, http://wikipedia.com,diakses pada hari Rabu,16  Maret 2012, pukul 21.17 WITA.

Anonim, 2012, Kelembaban, http://wikipedia.com,diakses pada hari Rabu, 21 Maret 2012 pukul 20.45 WITA.

Gunarsih Ance,Kartasapoetra, 1990, Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman, Bumi Aksara, Jakarta.

Handoko, 1986, Pengamatan Unsur – Unsur Cuaca di Stasiun Klimatologi     Pertanian, Jurusan Geofisika dan Meteorologi  FMIPA-IPB, Bogor.

Hardjodinomo, Soekirno, 1975, Ilmu Iklim dan Pengairan, Binacipta, Bandung.
Lakitan, 2002, Dasar-dasar Klimatologi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Linsley  dan kawan-kawan, 1989, Hidrologi Untuk Insinyur, Erlangga, Jakarta. Suryati,2007, Pengantar Ekologi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sutrisno, 1986, Fisika Dasar, ITB, Bandung.
Syehan, Ersin,1990, Dasar-dasar Hidrologi, Gajah Mada Universitas Press,  
          Yogyakarta.

Umar, M. Ruslan, 2012, Penuntun Praktikum Ekologi Umum, Universitas Hasanuddin, Makassar.









BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
IV.1.1 Tabel
           Tabel pengamatan
tempat
termometer biasa
sling psycrometer
basah
kering
KR%
Basah
kering
KR %
dalam ruangan laboratirium
16
38
53
27
28
94
15
38
49
28
26
87
16
38
53
29
27
89
rata-rata
15,7
38
51,7
28
27,0
90
dibawah  pohon
(Canopy)
28
29
92
27,5
30
92
28
29
92
26,5
27
91
25
28
88
26
27,5
90
rata-rata
27
28,7
90,7
26,7
28,2
91
pelataran MIPA
24
41
22
26
28
88
24
38
27
27
29
87
24
38
27
28
29
92
rata-rata
24
39
25,3
27
28,7
89

IV.2 Pembahasan                                                        
            Percobaan kelembaban relatif udara dilakukan pada tiga tempat yang berbeda yakni di dalam laboratorium, pelataran MIPA dan Canopy. Untuk mengukur kelembaban relatif udara dari ketiga tempat tersebut, pengukuran  dilakukan dengan mengunakan dua alat yakni termometer dan sling psychrometer dimana alat ini terdiri dari termometer basah dan termometer kering. Pengukuran dengan alat ini untuk membandingkan kelembaban ditiga tempat berbeda tersebut. Pengukuran dengan menggunakan termometer dilakukan dengan cara mengantungnya sambil dikipas-kipas, sedangkan pengukuran menggunakan sling psychrometer dilakukan dengan cara memutar-mutarkannya diudara.
            Hasil yang diperoleh dari percobaan tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
1. Percobaan dalam laboratorium
            Pada percobaan yang dilakukan dalam laboratorium kelembaban relatifnya cukup tinggi yakni 51,7% untuk pengukuran yang mengunakan termometer dan 90% untuk pengukuran yang mengunakan sling psychrometer. Hal ini diakibatkan karena dalam ruangan suhunya relatif tetap serta tidak adanya pergerakan angin juga penyinaran matahari tidak langsung, sehingga banyak terdapat uap air disini.
2. Percobaan di Canopy (dibawah pohon)
            Percobaan yang dilakukan di daerah Canopy dapat dilihat bahwa kelembaban relatif udaranya sangat tinggi yakni 90,7% untuk pengukuran yang mengunakan termometer dan 91% untuk pengukuran yang mengunakan sling psychrometer. Hal ini dapat terjadi karena di daerh Canopy terdapat banyak vegetasi serta kuantitas dan kualitas penyinaran mataharipun terhalang dengan pepohonan, sehingga memyebabkan uap air pada daerah ini banyak.
3. Percobaan di pelataran MIPA (tempat terbuka)
            Percobaan yang dilakukan dipelataran MIPA dapat dilihat bahwa pengukuran dengan menggunakan termometer kelembaban relatifnya sebesar 25,3% sedangkan untuk pengukuran yang mengunakan sling psychrometer kelembaban relatifnya sebesar 89%. Disini terdapat perbedaan kelembaban relatif dari skala yang ditunjuk oleh kedua alat tersebut, ini mungkin saja terjadi karena pada saat percobaan dilakukan cuaca tidak menentu serta suhunya yang tidak stabil sehingga menyebabkan perbedaan pada kelembaban relatif ditempat ini.
            Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa kelembaban relatif udara disuatu tempat sangat dipengaruhi oleh suhu, tekanan udara, pergerakan angin, kuantitas dan kualitas penyinaran, vegetasi, dan ketesediaan air pada suatu tempat.


















BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
            Kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.      Kelembaban relatif udara pada tempat yang berbeda memiliki perbedaan. Dimana kelembaban relatif udara pada suatu tempat dipengaruhi beberapa faktor seperti suhu, tekanan udara, pergerakan angin, kuantitas dan kualitas penyinaran, vegetasi, dan ketersediaan air disuatu tempat.
2.      Kelembaban relatif udara dapat diukur dengan menggunakan thermometer dan sling Psychrometer.

V.2 Saran      
            Saran saya, sebaiknya saat praktikum para asisten mendampingi para praktikannya agar kesalahan dalam penggunaan alat dapat diantisipasi. Dan juga Alat-alat laboratoriumnya diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan pada data yang didapat.


1 komentar:

  1. gimana ya cara ngitung RH pakai persen kalo pake termometer biasa??

    BalasHapus