LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
PERCOBAAN
V
INDEKS
PERBANDINGAN SEKUENSIAL
KEANEKARAGAMAN
BENTOS DI EKOSISTEM PERAIRAN
NAMA : HERIADI
NIM : H41111294
KELOMPOK :
VI B
HARI/TGL. PERCOBAAN
: KAMIS 29 MARET 2012
ASISTEN
: ADAM ARIFIN
ANWAR
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Air menutupi lebih dari 70%
permukaan bumi. Sifat-sifat fisika dan kimia dari air sangat penting dalam
dunia ekologi. Panas jenis, panas peleburan laten serta panas penguapan air
latennya cukup berperan dalam pengaturan suhu organisme. Air merupakan media
pengangkutan yang ideal bagi molekul-molekul melalui tubuh organisme, karena
merupakan pelarut yang kuat tanpa menjadi aktif secara kimia. Tegangan
permukaan air yang tinggi menyebabkan pergerakan air melewati organisme dan
juga bertanggung jawab bagi kenaikan tinggi air tanah. Rapatan air yang nisbi
tinggi tidak hanya mendukung bobot tubuh secara sebagian maupun seutuhnya,
namun juga memungkinkan hadirnya plankton (Odum, 1994).
Ekosistem perairan dibagi dalam tiga kategori utama yaitu
ekosistem air tawar, esturia dan ekosistem air laut. Ekosistem air laut sangat
penting bagi kehidupan manusia. Samudera yang menutupi sebagian permukaaan bumi
berperan dalam mengatur iklim bumi, atmosfer dan tempat berlangsungnya siklus
mineral. Ekosostem esturia merupaka zona peralihan antara air tawar dan air
laut yang memiliki sifat tersendiri (Resosoedarmo, 1993).
Penggunaan bentos sebagai indikator kualitas perairan
dinyatakan dalam bentuk indeks biologi. Cara ini telah dikenal sejak abad
ke 19 dengan pemikiran bahwa terdapat kelompok organisme tertentu yang hidup di
perairan tercemar. Jenis-jenis organisme ini berbeda dengan jenis-jenis
organisme yang hidup di perairan tidak tercemar. Kemudian oleh para ahli
biologi perairan, pengetahuan ini dikembangkan, sehingga perubahan struktur dan
komposisi organisme perairan karena berubahnya kondisi habitat dapat dijadikan
indikator kualitas perairan (Rosenberg,1993).
I.2
Tujuan Percobaan
Praktikum ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui keragaman bentos dalam ekosistem perairan berdasarkan Indeks Perbandingan Sekuensial.
2. Mengenalkan dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menggunakan
peralatan yang berhubungan dengan keragaman bentos dalam perairan.
I.3 Waktu dan
Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 29 Maret 2012, pengambilan
sampel dilakukan pada pukul 05.30-07.30 WITA,
bertempat di danau Universitas Hasanuddin, Makassar dan praktikum dalam
laboratorium dilakukan pada pukul 14.00-17.00 WITA,
bertempat di Laboratorium Biologi Dasar,Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem merupakan suatu sistem di alam dimana terdapat hubungan timbal balik
antara organisme dengan organisme lainnya. Ekosistem sifatnya tidak tergantung
ukuran tetapi ditekankan pada kelengkapan komponennya. Berdasarkan atas
habitatnya, ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat (terestrial) dan
ekosistem perairan (akuatik). Komponen-komponen suatu ekosistem perairan dapat
dikenal berdasarkan cara hidupnya yaitu bentos, perifiton, plankton, nekton dan
neston. Salah satu komponen yang memiliki variasi organisme yang cukup banyak
dalam suatu perairan sangat ditentukan pula oleh jenis substrat dasar, makin
bervariasi substrat, makin bervariasi pula organisme yang dapat hidup di
dalamnya. Umumnya organisme yang termasuk bentos didominasi oleh hewan-hewan
dari kelompok gastropoda, bivalvia, crustaceae, dan annelida (Umar, 2011).
Ekosistem perairan dibagi dalam tiga kategori utama yaitu ekosistem air tawar,
esturia dan ekosistem air laut. Ekosistem air laut sangat penting bagi kehidupan
manusia. Samudera yang menutupi sebagian permukaaan bumi berperan dalam
mengatur iklim bumi, atmosfer dan tempat berlangsungnya siklus mineral.
Ekosostem esturia merupaka zona peralihan antara air tawar dan air laut yang
memiliki sifat tersendiri (Resosoedarmo, 1993).
Dalam setiap ekosistem air, jumlah kehidupan binatang
berbanding lurus dengan jumlah kehidupan tumbuhan yang ada di dalamnya. Semua
bagian utama tanaman dan hewan diwakilik secara baik dalam komunitas perairan.
Organisme perairan digolongkan sesuai dengan bentuk dan kebiasaan hidupnya,
wilayahnya atau sub habitat sesuai dengan letaknya dalam rantai makanan
(Resosoedarmo,1993).
Penggolongan ekologi yang didasarkan pada bentuk kehidupan
atau kebiasaan hidup, yaitu (Setiadi,1989) :
1.
Plankton
Plankton adalah organisme yang pergerakannya diatur oleh
arus perairan. Cara ideal untuk mempelajari plankton merupakan cara yang tidak
hanya memperkirakan jumlah makhluk hidup, namun juga suatu konsentrasi spesies
sangat berbeda dalam ukuran. Umumnya plankton hewan (zooplankton) lebih
besar daripada plankton tumbuhan (fitoplankton). Beberapa fitoplankton
mempunyai ukuran kurang dari 1/100 mm dan dapat lolos dari jarring-jaring
plankton terhalus. Bentuk plankton seperti ini disebut sebagai nano plankton.
Bentuk lebih besar yang tertahan oleh jarring-jaring plankton standar disebut
plankton jaring atau plankton tersaring (Setiadi, 1989).
2.
Bentos
Bentos merupakan beragam binatang dan tumbuhan yang hidup
pada dasar perairan. Nama bentos diberikan pada organisme penghuni dasar. Harus
benar-benar diketahui bahwa istilah “bentos” mencakup substrat pada garis
pantai, demikian juga kedalaman terbesar dari badan air. Seperti dapat
diharapkan, kondisi untuk kehidupan akan beragam tidak hanya pada kedalaman
yang berbeda, namun juga dengan sifat fisik substrat, keragama demikian hanya
beberapa sifat dapat diketahui. Hewan bentos dibagi berdasarkan cara makannya,
yaitu pemakan penyaring, seperti kerang dan pemakan deposit seperti siput
(Kimball, 1983).
3.
Nekton
Nekton adalah organisme yang dapat bergerak dan berenang dengan
kemauan sendiri (Setiadi, 1989).
4.
Neuston
Neuston adalah organisme yang beristirahat dan pada
permukaan perairan (Setiadi, 1989).
5.
Perifiton
Perifiton atau lebih tepat aufwuchs adalah nama yang
diberikan pada kelompok berbagai organisme yang tumbuh atau hidup pada
permukaan bebas yang melayang dalam air seperti tanaman, kayu, batu dan
permukaan yang menonjol (Setiadi, 1989).
Salah satu komponen yang memiliki variasi organisme yang
cukup banyak dalam suatu perairan adalah bentos. Keragaman jenis suatu perairan
sangat ditentukan oleh jenis substrat dasar, makin bervariasi substrat maka
makin bervariasi pula organisme yang hidup di dalamnya. Umumnya organisme yang
termasuk bentos didominasi oleh hewan-hewan dari kelompok gastropoda, bivalvia,
crustaceae, dan annelida (Umar, 2011).
Bentos sering dijadikan uji parameter terhadap permasalahan
lingkungan seperti pencemaran, sebab jenis biota laut tersebut hidup di dasar
laut dan cenderung sangat lambat pergerakannya dibandingkan jenis lainnya
seperti ikan. Disamping itu bentos sangat sensitif dan peka terhadap suatu
perubahan dalam air (Odum, 1994).
Bentos mempunyai peranan yang sangat penting dalam siklus
nutrien di dasar perairan. Montagna menyatakan bahwa dalam ekosistem
perairan, bentos berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam
aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai konsumen tingkat tinggi
(Setiadi, 1989).
Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan, sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik.
Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang merupakan
salah satu sumber makanan bagi hewan bentos. Kedalaman air mempengaruhi
kelimpahan dan distribusi bentos. Dasar perairan yang kedalaman airnya
berbeda akan dihuni oleh bentos yang berbeda pula, sehingga terjadi
stratifikasi komunitas menurut kedalaman. Pada perairan yang lebih dalam
bentos mendapat tekanan fisiologis dan hidrostatis yang lebih besar.
Karena itu bentos yang hidup di perairan yang dalam ini tidak banyak (Sumarwoto, 1980).
Untuk mendapatkan data kuantitatif maupun kualitatif,
mengenai jenis-jenis hewan yang hidup dalam suatu perairan, hewan tersebut
dapat ditangkap dengan menggunakan berbagai kombinasi berbagai macam cara. Mulai dari
penangkapan dengan tangan, pinset, jala maupun alat-alat lainnya. Dalam
praktikum ini akan dilakukan pengamblan cuplikan bentos untuk tujuan studi
kuantitatif dengan menggunakann alat pengeruk yang disebut Eickman Crab (Umar,
2011).
Berbagai jenis bentos ada yang berperan sebagai konsumen
primer dan ada pula yang berperan sebagai konsumen sekunder atau konsumen yang
menempati tempat yang lebih tinggi. Pada umumnya, bentos merupakan
makanan alami bagi ikan-ikan pemakan di dasar ("bottom feeder")
(Setiadi, 1989).
Untuk mendapatkan data kuantitatif maupun kualitatif,
mengenai jenis-jenis hewan yang hidup dalam suatu perairan, hewan tersebut
dapat ditangkap dengan menggunakan berbagai kombinasi berbagai macam cara. Mulai dari
penangkapan dengan tangan, pinset, jala maupun alat-alat lainnya. Dalam praktikum
ini akan dilakukan pengamblan cuplikan bentos untuk tujuan studi kuantitatif
dengan menggunakann alat pengeruk yang disebut Eickman Crab (Umar, 2009).
Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan, sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik.
Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang merupakan
salah satu sumber makanan bagi hewan bentos. Adapun faktor abiotik adalah
fisika-kimia air yang diantaranya (Lakitan, 1987):
· Suhu
· Arus
· Oksigen terlarut (DO)
· Kebutuhan oksigen biologi
(BOD)
· Kimia (COD)
· Kandungan nitrogen (N)
· Kedalaman air
Zoobentos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus
hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali
lubang. Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti dalam
proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan,
serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan. Zoobentos
membantu mempercepat proses dekomposisi materi organik (Odum, 1993).
Zona litoral memperlihatkan keanekaragaman yang besar dalam
kondisi dasar air. Secara beragam, wilayah dibagi lagi berdasarkan hubungan air
atau zone pertimbuhan. Biasanya daerah pinggiran atau tepi air sampai batas
akar tumbuhan dianggap sebagai zone litoral. Daerah yang memanjang dari batas
terendah akar tumbuhan sampai batas penyusupan sinar matahari dikenal sebagai
zone sublitoral. Dengan demikian, terdapat perbedaan yang besar mengenai
pendapat dalam pengkelasan zone besar. Setiap zone dalam wilayah litoral
memerlukan cara penelitian yang khas dengan menggunakan peralatan yang cocok.
Berbagai pengambilan sampel telah dirancang atau dibuat tergantung pada sumber
(Lakitan,1987).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1
Alat
Alat yang digunakan adalah botol sampel, Eickman Crab,
ayakan (mess), baskom dan pinset.
III.2
Bahan
Bahan yang digunakan adalah bentos.
III.3
Cara Kerja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar